Linna Teguh's note
Dearest Ibu Melati,
Terharu saya membaca email baik Ibu pagi ini, niat baik dan rencana mulia yang Ibu sampaikan di dalamnya membuat saya bersemangat untuk menjadi teman dalam membantu Ibu mencapai harapan baik itu.
Senang hati saya setiap saya mendengar ada wanita yang mau memulai perubahan yang bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarganya, terutama suaminya. Bukankah dijanjikan pahala bagi kita yang selalu ingin membahagiakan orang lain, apalagi suami tercinta?.
Bu Melati yang baik…
Foto Ibu 10 tahun yang lalu, memberikan gambaran jelas sekali bagi saya bahwa Ibu adalah seorang wanita yang manja, cantik dan menarik. Harus saya katakan bahwa saya masih melihat itu semua dengan jelas di wajah Ibu sekarang. Dan yang lebih menyejukkan hati adalah pancaran kebaikan hati, kesabaran, ketulusan, dan sifat keibuan yang jelas terlihat di situ.
Bu Melati…ijinkan saya bercerita sedikit tentang keseharian kehidupan saya sebagai Linna Teguh dengan suami tercinta saya yang Ibu kenal. Saya menikah dengan Pak Mario pada tanggal 28 Januari 2003, dan sejak itu tidak pernah kami terpisah. Memang kami sudah sepakat bahwa kami akan selalu bersama. Hanya 1 malam dalam pernikahan kami yang sudah 15 tahun di mana saya tidak bersama beliau. Itu pun hanya beberapa jam saja, karena saya mendampingi putri kami Audrey yang pada awalnya kami duga terkena demam berdarah, yang ternyata hanya alergi biasa. Pak Mario berangkat ke Solo dengan pesawat jam 5 sore, saya sudah berada di Solo jam 6 paginya.
Bukan hanya kebersamaan yang kami janjikan sejak awal pernikahan, tetapi juga keterbukaan dalam menjalani pernikahan ini. Beruntung saya mendapat seorang suami yang dengan tulus menyerahkan semua hasil jerih payahnya dan juga menyerahkan hampir semua urusan rumah tangga kami dalam keputusan saya. Hanya beberapa hal prinsip yang memang beliau harus putuskan, yang mana hal tersebut juga sudah selayaknya beliau yang memutuskan.
Bu Melati, kami amat sangat terbuka dengan pikiran dan perasaan kami. Pujian, belaian, ciuman dan bisikan-bisikan mesra atau bahkan bisikan nakal, sering saya berikan untuk dia yang amat saya cintai. Dan sebagai balasannya, semua itu juga saya terima darinya.
Membebaskan suami dari hal-hal yang tidak penting bagi nama baiknya, mengambil alih segala repot yang seharusnya dilakukan seorang suami, sebagai tanggung jawab pribadi saya, ternyata menjadikan hubungan kami semakin baik.
Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkannya, untuk tampil prima di depan para peserta seminarnya dengan memilihkan baju dalam sampai dasi, sepatu bahkan kaus kaki, begitu dia keluar dari kamar mandi, adalah sesuatu yang saya lakukan dengan penuh rasa hormat dan cinta.
Ingatkah Ibu sewaktu kita menyiapkan segala sesuatu untuk putra/putri kita pada hari pertama mereka masuk sekolah ?. Besarnya harapan kita supaya mereka bisa tampil dengan sempurna pada hari pertama mereka, dalam menyongsong masa depan mereka? Pandangan penuh kagum dan cinta yang tulus dari seorang Ibu yang melihat putra/putrinya tampil di depan kelas, dan apapun kenyataannya yang terjadi di depan kelas, mereka selalu membuat kita bangga. Perasaan itulah yang saya rasakan setiap kali saya melihat kekasih saya tampil di atas panggung, Bu Melati.
Jika cinta itu memang ada di dalam hati kita, seperti perasaan cinta seorang Ibu yang tanpa syarat kepada anaknya; maka pujian, belaian, ciuman, dan ungkapan cinta dalam segala bentuk akan mudah kita berikan untuknya…..Nah Bu Melati, perasaan itu juga lah yang membuat saya dengan mudah dapat selalu menjaga apa yang saya tampilkan.
Saya sadar sekali, bahwa isi edisi Black Magic Woman sebenarnya adalah harapan para suami terhadap istri yang dicintainya… atau paling tidak itu adalah harapan suami saya terhadap saya. Poin-poin dalam tulisan tersebut, menurut Pak Mario adalah apa yang dirasakannya selama ini dalam kehidupan pernikahan kami, walaupun saya sadar, ada beberapa poin dalam tulisan tersebut yang masih perlu sedikit waktu untuk saya dapat menyempurnakannya.
Bu Melati…,berat badan memang terkadang menjadi masalah bagi kita, perempuan yang sudah pernah melahirkan, walaupun sebenarnya untuk menjadi BMW (Black Magic Woman), berat badan bukan lah hal terpenting. Pernahkah Ibu melihat seorang suami yang sudah mempunyai seorang istri yang anggun, sexy, dan cantik, justru mempunyai WIL yang tidak secantik istrinya..?. Seperti seorang anak kecil yang jika menangis sewaktu dia terluka, berlari ke pelukan baby sitter-nya, dan bukan ke ibunya yang melahirkannya, yang lebih harum, anggun dan cantik…?
Ayah dan Ibu saya memberikan contoh yang baik bagi saya, terutama dalam cara-cara menjadi seorang istri. Mereka tidak pernah selama 40 tahun hidup saya, bertengkar di depan saya atau adik-adik saya; yang mereka tunjukkan adalah canda, tawa, pandangan mesra yang terkadang mereka berikan satu sama lain, bahkan sampai sekarang di usia senja mereka.
Saya dan Pak Mario dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan kami, kapan saja, di mana saja. Memang saya harus akui, saya sangat beruntung Bu, mempunyai seorang suami yang juga berlaku baik, mesra, dan melakukan segala sesuatu dalam hidupnya dengan penuh cinta untuk saya sebagai istri, anak - anak kami dan juga kepada para pendengar dan peserta seminarnya.
Mencium, membelai, atau membisikkan kata–kata sayang pada suami, tidak ada ruginya, bahkan akan memberikan keuntungan yang sebenarnya dibutuhkan oleh para istri. Membuatnya bergantung kepada kita, karena kita selesaikan hal–hal yang hanya membuatnya sibuk dan repot, tetapi tidak berarti bagi kebesaran nama baiknya –yang hanya akan menghabiskan energinya, dan yang juga tidak akan berdampak manis di kehidupan kita.
Penampilan baik, cantik, dan anggun di luar rumah memang juga harus kita upayakan, karena bangganya seorang suami ketika mendapat pujian bahwa dia memiliki seorang istri yang cantik; paling tidak akan membuatnya merasa beruntung mempunyai pendamping yang enak dilihat. Tetapi saya yakin, yang membuat Pak Mario tetap menginginkan saya mendampinginya setiap waktu, adalah rasa nyaman dan keyakinannya akan cinta saya yang memang dengan tulus dan ikhlas saya berikan untuknya.
Mencintai, melayani suami dengan penuh kasih sayang, seperti waktu kita melayani, merawat bayi pertama kita pada hari-hari pertama hidupnya, menerima segala kesalahan yang dilakukannya, sifat ego seperti `anak tunggal` yang dimilikinya, kekurangan-kekurangan dalam penampilannya atau fakta bahwa suami kita melambat, melemah, menua dan yang paling parah menjadi seorang yang pelupa - seharusnya membuat kita lebih berkasih sayang kepadanya. Tetapi itu semua tidak berlaku sebaliknya bagi kita lho Bu Melati…… saya paling menjaga penampilan saya di depan Pak Mario, tidak saya biarkan aroma tubuh kurang dari segar mampir di hidungnya, suara buang angin atau sendawa terdengar oleh telinganya, atau garukan-garukan non sexy yang dilihatnya.
Berat memang kelihatannya, tetapi jika kita lakukan itu untuk seorang yang sangat kita cintai, apalagi balasannya adalah cinta dan kebahagiaan yang juga untuk kita, saya tidak melihat itu sebagai pekerjaan berat.
Tuhan memutuskan hanya wanita yang bisa melahirkan, yang juga berarti kita lebih mampu menahan rasa sakit. Saya selalu merasa ada alasan lain selain rasa sakit waktu melahirkan, yang sebenarnya diberikan oleh-Nya untuk kita, yaitu kemampuan kita untuk memaafkan, walaupun rasa sakit terkadang terasa sebelum kemampuan itu timbul.
Sebagai pendamping setia di mana pun Pak Mario berada, tidaklah mungkin bagi saya untuk ikut senam, ke dokter, atau berolah raga. Setiap ada waktu luang yang saya miliki, saya lebih memilih untuk hadir di kehidupan Audrey dan Marco. Dari memasak bersama, bermain play station, ke mall untuk makan ice cream, sampai membelai kepala, sambil berdoa dalam hati memohon perlindungan dan harapan kepada Tuhan untuk keberhasilan hidup mereka nanti, atau memeluk dan bersenandung ringan untuk membawa mereka ke alam mimpi. Tidak ada hal lain yang lebih menarik bagi saya, selama kesempatan untuk melakukan semua itu memungkinkan.
Tapi saya punya cara-cara sendiri yang terbukti membantu saya menjaga berat badan Bu…….
Hanya makan jika terasa lapar, dan berhenti ketika rasa lapar itu hilang, jauh sebelum kenyang.
Saya tidak makan nasi, hanya lauk saja, kecuali jika Pak Mario memasakkan untuk kami, nasi goreng khas-nya.
Terapi air, 1 liter sebelum makan pagi, 1 liter sebelum makan siang, dan 1 liter sebelum makan malam. Untuk yang ini, Ibu harus konsultasi dulu dengan dokter, karena sebagian orang yang punya masalah dengan ginjal, tidak dianjurkan melakukan terapi ini.
Hanya makan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore
Hanya mengenakan pakaian yang pas, tidak yang longgar, kecuali waktu tidur.
Memiliki timbangan digital, bukan timbangan jarum yang biasanya tidak akurat. Dengan timbangan digital, saya tahu persis berapa berat segelas air yang saya minum atau sepotong roti yang saya makan. Demikian juga berapa berat yang terbuang setiap kali saya ke toilet.
Menjadikan suami dan anak-anak sebagai `polisi` yang tugasnya mengingatkan saya setiap kali saya sudah terlihat terlalu `berisi`.
Itu semua tidak mudah pada awalnya Bu……., apa lagi berat badan saya naik 29 kilo pada setiap kehamilan saya. Audrey dan Marco hanya 2,6 kilo berat lahirnya. Setiap kehamilan saya, bobot saya naik menjadi 75 kilo, dari normalnya 46 kilo.
Sebelum menikah berat badan saya 46 kilo dengan tinggi 155 cm, sekarang berat saya juga 46 kilo, biasanya kalau kami bepergian keluar negeri, naik menjadi 47 atau 48 kilo.
Bu Melati yang baik……., memang harus saya akui, ada perasaan bangga jika ada orang yang memuji saya cantik, tetapi yang paling membuat hati saya berbunga–bunga adalah pujian dari Pak Mario, yang memang sering diberikannya untuk saya. Pak Mario juga lah yang membuat saya tidak bisa tidur, jika ada hal–hal yang dikatakannya, yang menandakan lengah-nya saya dalam bersikap, berperilaku atau berpenampilan. Berpenampilan sebaik mungkin saat saya mendampingi Pak Mario tampil pada setiap acara, dan berpenampilan secantik dan se-ceria mungkin sewaktu mengantarkan anak kami dalam acara khusus di sekolah, yang membuat Audrey dan Marco bangga mempunyai seorang Ibu yang cantik, yang juga menjadi sahabat mereka. Mereka bertiga memberikan semangat yang saya butuhkan untuk selalu tampil prima.
Kecantikan, kelangsingan, memang kita butuhkan Bu Melati …, karena itu seperti frosting pada kue tart; tetapi kue-nya itu adalah cinta yang tulus dan kasih sayang tanpa syarat. Banyak wanita cantik, yang hanya cantik. Yang saya inginkan adalah menjadi wanita cantik yang hidupnya diisi oleh rasa cinta bagi orang–orang dalam hidupnya. Karena yang paling diinginkan suami (yang saya tahu pasti, paling diinginkan suami saya …) adalah wanita yang hidupnya dipenuhi oleh rasa cinta untuknya, untuk segala yang dilakukannya, dan jika wanita itu cantik, lebih beruntung lah dia.
Saya terharu sewaktu membaca email Ibu sebelumnya, di mana Ibu bercerita tentang sulitnya masa–masa awal perkawinan Ibu. Yang saya sayangkan Ibu hanya menceritakan masa susah itu, padahal yang lebih saya ingin dengar adalah indahnya masa pacaran Ibu dengan suami Ibu.
Bu Melati…. jangan biarkan masa–masa perih, pedih, yang penuh air mata tetap berada dalam ingatan Ibu. Banyak hal dalam hidup kita yang terus kita ingat, padahal itu bukan sesuatu yang baik untuk diingat. Dan kalau diingat - akan lebih banyak membawa penderitaan bagi kita. Bagaimana kalau yang Ibu ingat adalah debaran hati sewaktu menunggu bertemu dengan Suami dulu, berbunga–bunganya hati jika mata ini saling memandang. Rasa kangen yang terkadang tidak tahu waktu untuk hadir. Atau hangatnya jiwa sewaktu merasakan sentuhan–sentuhannya. Semua itu lebih indah untuk diingat - mengapa kita justru lebih ingat kepada yang buruk..?
Ingatan–ingatan yang indah itu juga yang senantiasa hadir dalam lamunan saya Bu….. dan jika ingatan itu sering lewat, tubuh kita yang memang mempunyai memory akan tahu caranya bereaksi, tangan ini jadi tahu caranya membelai, mulut jadi hafal mengeluarkan kata–kata yang penuh kasih, dan yang lebih menarik adalah terlihatnya cinta dari kita untuknya….. Indah ya Bu……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar