10 Desember, 2010

Coronary artery balloon angioplasty

Normal anatomy

The coronary arteries supply blood to the heart muscle. The right coronary artery supplies both the left and the right heart; the left coronary artery supplies the left heart.

Indication

Fat and cholesterol accumulates on the inside of arteries (atherosclerosis). The small arteries of the heart muscle (the coronary arteries) can be narrowed or blocked by this accumulation. If the narrowing is small, percutaneous transluminal coronary angioplasty (PTCA) may be the course for treatment. PTCA is a minimally invasive procedure to open up blocked coronary arteries, allowing blood to circulate unobstructed to the heart muscle. The indications for PTCA are:

  • Persistent chest pain (angina)
  • Blockage of only one or two coronary arteries

Procedure, part 1

While the patient is awake and pain-free (local anesthesia), a catheter is inserted into an artery at the top of the leg (the femoral artery). The procedure begins with the doctor injecting some local anesthesia into the groin area and putting a needle into the femoral artery (the blood vessel that runs from the heart down the leg). Once the needle is inserted, a guide wire is placed through the needle, into the blood vessel. Following this step, the guide wire is left in the blood vessel and the needle is removed. A large needle called an introducer is then placed over the guide wire and the guide wire is removed.

Procedure, part 2

Next, a diagnostic catheter, which is a long narrow tube, is advanced through the introducer over a .035"guidewire, into the blood vessel. This catheter is then guided to the aorta and the guidewire is removed. Once the catheter is placed in the opening or ostium of one of the coronary arteries, the doctor injects dye and takes a series of X-rays (film of the images).

Procedure, part 3

The first catheter is exchanged out over the guidewire for a guiding catheter and the guidewire is removed. A smaller guidewire is advanced across the blocked section of the coronary artery and a balloon -tipped tube is positioned so the balloon part of the tube is beside the blockage. The balloon is then inflated for a few seconds to compress the blockage against the artery wall. Then the balloon is deflated. The doctor may repeat this a few times, each time pumping up the balloon a little more to widen the passage for the blood to flow through. This treatment may be repeated at each blocked site in the coronary arteries.

Procedure, part 4

A device called a stent may be placed. A stent is a latticed, metal scaffold that is placed within the coronary artery to keep the vessel open.

Procedure, part 5

Once the catheter has been positioned at the coronary artery origin, contrast media is injected and a series of X-rays (film) are taken to check for any change in the arteries. Following this, the catheter is removed and the procedure is completed.

Aftercare, part 1

This procedure can greatly improve the blood flow through the coronary arteries and to the heart tissue in about 90% of patients and may eliminate the need for coronary artery bypass surgery. The outcome is relief from chest pain symptoms and an improved exercise capacity. In 2 out of 3 cases, the procedure is considered successful with complete elimination of the narrowing or blockage. This procedure treats the condition but does not eliminate the cause and recurrences happen in 1 out of 3 to 5 cases. Patients should consider diet, exercise, and stress reduction measures. If adequate widening of the narrowing is not accomplished, heart surgery (coronary artery bypass graft surgery, also called a CABG) may be recommended.

Aftercare, part 2

Immediately after the procedure, a ten-pound sandbag may be placed over the femoral artery puncture site in the leg and remain there for 6 hours. This is done to help the artery heal.

Video :




Serangan Jantung

Definisi

Serangan Jantung (infark miokardial) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen.

Penyebab

Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari jantung.
Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati.

Kemampuan memompa jantung setelah suatu serangan jantung secara langsung berhubungan dengan luas dan lokasi kerusakan jaringan (infark).
Jika lebih dari separuh jaringan jantung mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi dan kemungkinan terjadi kematian. Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak mampu memompa dengan baik, sehingga terjadi gagal jantung atau syok.

Jantung yang mengalami kerusakan bisa membesar, dan sebagian merupakan usaha jantung untuk mengkompensasi kemampuan memompanya yang menurun (karena jantung yang lebih besar akan berdenyut lebih kuat).
Jantung yang membesar juga merupakan gambaran dari kerusakan otot jantungnya sendiri. Pembesaran jantung setelah suatu serangan jantung memberikan prognosis yang lebih buruk.

Penyebab lain dari serangan jantung adalah:

~ Suatu bekuan dari bagian jantungnya sendiri.
Kadang suatu bekuan (embolus) terbentuk di dalam jantung, lalu pecah dan tersangkut di arteri koroner.

~ Kejang pada arteri koroner yang menyebabkan terhentinya aliran darah.
Kejang ini bisa disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau karena merokok, tetapi kadang penyebabnya tidak diketahui.

Gejala

Sekitar 2 dari 3 orang yang mengalami serangan jantung, beberapa hari sebelum terjadinya serangan merasakan nyeri dada yang hilang-timbul, sesak nafas atau kelelahan.

Nyeri dada semakin sering muncul bahkan setelah melakukan aktivitas fisik yang ringan. Unstable angina seperti ini bisa berakhir menjadi suatu serangan jantung.

Nyeri di pertengahan dada menjalar ke punggung, rahang atau lengan kiri; atau yang lebih jarang menjalar ke lengan kanan.
Nyeri bisa timbul di tempat-tempat itu tanpa nyeri dada sama sekali.

Nyeri pada serangan jantung mirip dengan nyeri pada angina tapi lebih hebat dan lebih lama, tidak berkurang dengan istirahat maupun pemberian nitrogliserin.
Kadang-kadang nyeri dirasakan di perut dan disalahartikan sebagai salah makan, terutama karena setelah penderita bersendawa nyeri agak berkurang atau hilang untuk sementara waktu.

Gejala lainnya adalah rasa seperti akan pingsan dan jantung berdebar.
Irama jantung abnormal (aritmia) bisa mempengaruhi kemampuan memompa jantung atau bisa menyebabkan cardiac arrest (jantung berhenti memompa secara efektif), sehingga terjadi penurunan kesadaran atau kematian.

Selama serangan, penderita bisa merasakan gelisah, berkeringat dan cemas dan bisa merasa ajalnya akan segera tiba.
Bibir, tangan dan kaki tampak kebiruan.
Penderita usia lanjut bisa mengalami disorientasi (linglung).

Sebanyak 1 diantara 5 orang yang mengalami serangan jantung, hanya memiliki gejala yang ringan atau tanpa gejala sama sekali
Serangan jantung seperti ini hanya bisa dikenali dari pemeriksaan rutin EKG beberapa waktu kemudian.

Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi adalah ruptur miokardial, gumpalan darah, aritmia (gangguan irama jantung), gagal jantung atau syok atau perikarditis.

- Ruptur miokardial

Otot jantung yang mengalami kerusakan akan menjadi lemah, sehingga kadang mengalami robekan karena tekanan dari aksi pompa jantung.
2 bagian jantung yang sering mengalami robekan selama atau setelah suatu serangan jantung adalah dinding otot jantung dan otot yang mengendalikan pembukaan dan penutupan salah satu katup jantung (katup mitralis).
Jika ototnya robek, maka katup tidak dapat berfungsi sehingga secara tiba-tiba terjadi gagal jantung yang berat.

Otot jantung pada dinding yang membatasi kedua ventrikel (septum) atau otot pada dinding luar jantung juga bisa mengalami robekan. Robekan septum kadang dapat diperbaiki melalui pembedahan, tetapi robekan pada dinding luar hampir selalu menyebabkan kematian.

Otot jantung yang mengalami kerusakan karena serangan jantung tidak akan berkontraksi dengan baik meskipun tidak mengalami robekan. Otot yang rusak ini digantikan oleh jaringan parut fibrosa yang kaku dan tidak dapat berkontraksi. Kadang bagian ini akan menggembung pada saat seharusnya berkontraksi.
Untuk mengurangi luasnya daerah yang tidak berfungsi ini bisa diberikan ACE-inhibitor.

Otot yang rusak bisa membentuk penonjolan kecil pada dinding jantung (aneurisma). Adanya aneurisma bisa diketahui dari gambaran EKG yang tidak normal, dan untuk memperkuat dugaan ini bisa dilakukan ekokardiogram.
Aneurisma tidak akan mengalami robekan, tetapi bisa menyebabkan irama jantung yang tidak teratur dan bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan memompa jantung.
Darah yang melalui aneurisma akan mengalir lebih lambat, karena itu bisa terbentuk bekuan di dalam ruang-ruang jantung.

- Bekuan darah

Pada sekitar 20-60% orang yang pernah mengalami serangan jantung, terbentuk bekuan darah di dalam jantung. Pada 5% dari penderita ini, bekuan bisa pecah, mengalir di dalam arteri dan tersangkut di pembuluh darah yang lebih kecil di seluruh tubuh, menyebabkan tersumbatnya aliran darah ke sebagian dari otak (menyebabkan stroke) atau ke organ lainnya.
Untuk menemukan adanya bekuan di dalam jantung atau untuk mengetahui faktor predisposisi yang dimiliki oleh penderita, dilakukan ekokardiogram.

Untuk membantu mencegah pembentukan bekuan darah ini, seringkali diberikan antikoagulan (misalnya heparin dan warfarain).
Obat ini biasanya diminum selama 3-6 bulan setelah serangan jantung.

Diagnosa

Jika seorang pria diatas 35 tahun atau seorang wanita diatas 50 tahun mengeluh nyeri dada, biasanya dipertimbangkan kemungkinan suatu serangan jantung.
Diagnosis serangan jantung bisa diperkuat dengan melakukan pemeriksaan berikut:

1. EKG
Bila diduga terjadi suatu serangan jantung, maka EKG merupakan pemeriksan diagnostik awal yang paling penting.
Beberapa kelainan bisa terlihat pada EKG, tergantung ukuran dan lokasi dari kerusakan jantung.

2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah dilakukan untuk menentukan kadar enzim tertentu.
Enzim CK-MB dalam keadaan normal ditemukan di dalam otot jantung dan dilepaskan ke dalam darah jika terjadi kerusakan jantung. Peningkatan kadar enzim ini akan tampak dalam waktu 6 jam setelah serangan jantung dan menetap selama 36-48 jam. Kadar enzim ini biasanya diperiksa pada saat penderita masuk rumah sakit dan setiap 6-8 jam selama 24 jam berikutnya.

3. Ekokardiogram
Ekokardiogram akan menggambarkan berkurangnya pergerakan sebagian dari dinding ventrikel kiri (ruang jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh), yang merupakan petunjuk adanya kerusakan karena serangan jantung.

4. Radionuclide imaging
Penggambaran dengan radionuklida bisa menunjukkan berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otot jantung, yang merupakan petunjuk adanya jaringan parut (jaringan yang mati) akibat serangan jantung.

Pengobatan

Serangan jantung merupakan suatu keadaan darurat.
Separuh kematian akibat serangan jantung terjadi dalam waktu 3-4 jam pertama setelah terjadinya gejala. Semakin cepat pertolongan diberikan, semakin besar kemungkinan penderita dapat tertolong.

Seseorang yang diduga mengalami serangan jantung biasanya dirawat di unit perawatan jantung, dan untuk menilai kerusakan jantung, dilakukan pemantauan ketat terhadap irama jantung, tekanan darah dan jumlah oksigen dalam darahnya.

Pengobatan Awal

Biasanya segera diberikan tablet aspirin yang harus dikunyah.
Pemberian obat ini akan mengurangi pembentukan bekuan darah di dalam arteri koroner.

Beta-blocker diberikan untuk memperlambat denyut jantung dan supaya jantung tidak bekerja terlalu berat memompa darah ke seluruh tubuh.
Oksigen seringkali diberikan melalui sungkup muka atau selang kecil yang dimasukkan ke dalam lubang hidung. Dengan pemberian oksigen, maka tekanan oksigen di dalam darah akan meningkat sehingga lebih banyak oksigen yang sampai ke jantung dan kerusakan jantung dapat diperkecil.

Jika suatu penyumbatan dalam arteri koroner dapat segera diatasi, maka jaringan jantung dapat diselamatkan.
Bekuan darah dalam arteri seringkali dapat dilarutkan dengan terapi trombolitik, yaitu dengan memberikan streptokinase, urikinase dan aktivator plasminogen jaringan. Agar efektif, obat ini diberikan secara intravena dalam waktu 6 jam setelah terjadinya gejala serangan jantung; karena jika sudah lebih dari 6 jam, beberapa kerusakan sifatnya akan menetap.

Pengobatan dini meningkatkan aliran darah pada 60-80% penderita dan bisa meminimalkan kerusakan jaringan jantung.
Aspirin (mencegah pembentukan bekuan darah dari platelet) atau heparin (menghentikan perdarahan) bisa menambah efektivitas dari terapi trombolitik.

Terapi trombolitik bisa menyebabkan perdarahan, sehingga biasanya tidak diberikan kepada penderita yang:
- mengalami perdarahan saluran pencernaan
- memiliki tekanan darah tinggi yang berat
- baru menderita stroke
- baru menjalani pembedahan.
Penderita lanjut usia yang tidak memiliki keadaan tersebut diatas, bisa menjalani terapi trombolitik dengan aman.

Beberapa rumah sakit menggunakan angioplasti atau pembedahan bypass arteri koroner segera setelah serangan jantung.
Nitroglycerin bisa mengatasi nyeri dengan mengurangi beban kerja jantung, dan biasanya pada awalnya diberikan secara intravena.

Jika obat yang digunakan untuk meningkatkan aliran darah arteri koroner juga tidak berhasil mengurangi gejala serangan jantung, biasanya diberikan suntikan morfin.
Morfin juga merupakan obat penenang dan mengurangi beban kerja jantung.

Pengobatan Lanjutan

Seseorang yang baru mengalami serangan jantung, harus menjalani tirah baring di dalam ruangan yang tenang selama beberapa hari; karena kegembiraan, aktivitas fisik dan stres emosional bisa memperberat kerja jantung.
Pelunak tinja dan pencahar bisa digunakan untuk mencegah sembelit.

Kecemasan dan depresi sering terjadi setelah suatu serangan jantung. Kecemasan yang berat bisa membebani jantung, sehingga diberikan obat penenang.
ACE-inhibitor secara rutin diberikan untuk mengurangi pembesaran jantung, yang sering terjadi setelah suatu serangan jantung.

Prognosis
Sebagian besar penderita yang bertahan hidup selama beberapa hari setelah serangan jantung dapat mengalami kesembuhan total; tetapi sekitar 10% meninggal dalam waktu 1 tahun.
Kematian terjadi dalam waktu 3-4 bulan pertama, terutama pada penderita yang kembali mengalami angina, aritmia ventrikuler dan gagal jantung.

REHABILITASI

Rehabilitasi jantung merupakan bagian yang penting dalam proses penyembuhan.
Tetap berbaring di tempat tidur lebih dari 2-3 hari akan menyebabkan terhentinya aktivitas fisik dan kadang menyebabkan depresi dan rasa ketergantungan.

Pada hari ketiga atau keempat setelah terjadinya serangan jantung, penderita secara bertahap dilatih duduk, melakukan kegiatan pasif, berjalan ke kamar mandi dan melakukan kegiatan yang tidak menimbulkan stres (misalnya membaca) .
Setelah 3-6 minggu, penderita harus secara perlahan meningkatkan aktivitasnya.
Jika tidak terjadi sesak nafas dan nyeri dada, aktivitas normal bisa kembali dilakukan setelah sekitar 6 minggu.

Pencegahan

Mencegah serangan jantung tergantung pada pengawasan dan memodifikasi faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko ini saling berhubungan. Masing-masing dari kita mungkin memiliki satu atau lebih faktor risiko. Jika kita membuat suatu perubahan dalam hidup, kita dapat mengurangi faktor risiko lain pada saat yang bersamaan.

1. Periksakan kadar kolesterol darah secara berkala.

  • Setiap orang dewasa seharusnya mengetahui kadar kolesterolnya.
  • Menurut Pedoman Program Edukasi Kolesterol Nasional, jika kolesterol Anda lebih besar dari 240 mg/dL atau jika kadar kolesterol jahat (LDL) di atas 130 mg/ dL, pengukuran agresif harus dilakukan untuk menurunkannya.
  • Jika anda tidak bisa menurunkan kadar kolesterol hanya dengan diet, obat-obatan dapat membantu.
  • Obat yang menurunkan lipid dan kolesterol seperti atorvastatin (Lipitor), pravastatin (Pravachol) dapat menurunkan kecepatan progresivitas penyakit jantung koroner dan juga mengurangi serangan jantung berulang. Obat-obatan tersebut bekerja dengan mengurangi kolesterol dan memodifikasi pembuluh arteri Anda.

2. Makanlah dengan menu yang seimbang

  • Hindari makanan mengandung lemak dan kolesterol dalam jumlah banyak karena dapat meningkatkan progresi pengerasan dan penyumbatan arteri koroner.
  • Makanan yang seimbang baik tidak hanya untuk mereka dengan kadar kolesterol tinggi tapi juga untuk setiap orang. Itu membantu mengendalikan kadar kolesterol sebagaimana juga berat badan.
  • Asosiasi Jantung Amerika menrekomendasikan jumlah maksimum kalori dari lemak dikurangi sampai kurang 30% dari total kalori.

3. Batasi jumlah makan siap saji
Sebagian besar makanan siap saji mengandung lemak yang sangat tinggi, bahkan salad dan yang juga disebut sebagai “makanan sehat.”
Mungkin ini kurang meyakinkan tapi dapat memberikan keuntungan yang nyata pada lari jauh.

4. Berhenti merokok
Berhenti merokok adalah perubahan gaya hidup terbaik yang Anda bisa lakukan. Perokok pasif, merokok cerutu atau mengunyah tembakau berbahaya bagi kesehatan. Berhenti merokok sulit dilakukan bagi sebagain besar orang. Tanyakan dokter Anda untuk saran dan dukungan.

5. Tingkatkan aktivitas fisik
Olahraga membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan mengendalikan kelebihan berat badan.

Mulailah dengan perlahan jika anda membutuhkannya, tapi cobalah untuk meraih tujuan dimana minimal 30 menit olahraga ketahanan sebanyak 3-5 kali seminggu. Olahraga seperti berjalan, berenang, bersepeda, dan aerobik.

Hampir setiap orang dapat mencoba beberapa bentuk aktivitas fisik. Sebelum memulai program latihan, konsultasi dahulu dengan dokter Anda.

6. Turunkan berat badan
Orang yang kelebihan berat badan membuat tekanan ekstra pada jantung dan pembuluh darah.
Diet tinggi serat, rendah lemak dan olahraga rutin dapat membantu anda kehilangan berat badan dan menjaganya.

Hindari pil diet seperti Fen-Phen. Beberapa pil tersebut ditemukan menyebabkan penyakit katup jantung atau kondisi berbahaya lain pada orang lain. Produk menurunkan berat badan seperti efedrin dapat berbahaya.

09 Desember, 2010

Heart Disease


What Is Heart Disease?

Bring up heart disease, and most people think of a heart attack. But there are many conditions that can undermine the heart's ability to do its job. These include coronary artery disease, cardiomyopathy, arrhythmia, and heart failure. Keep reading to find out what these disorders do to the body and how to recognize the warning signs.

What Is a Heart Attack ?

Every year, more than 1 million Americans have a heart attack – a sudden interruption in the heart's blood supply. This happens when there is a blockage in the coronary arteries, the vessels that carry blood to the heart muscle. When blood flow is blocked, heart muscle can be damaged very quickly and die. Prompt emergency treatments have reduced the number of deaths from heart attacks in recent years.

Heart Attack Symptoms

A heart attack is an emergency even when symptoms are mild. Warning signs include:

  • Pain or pressure in the chest.
  • Discomfort spreading to the back, jaw, throat, or arm.
  • Nausea, indigestion, or heartburn.
  • Weakness, anxiety, or shortness of breath.
  • Rapid or irregular heartbeats.

Heart Attack Symptoms in Women

Women don't always feel chest pain with a heart attack. Women are more likely than men to have heartburn, loss of appetite, tiredness or weakness, coughing, and heart flutters. These symptoms should not be ignored. The longer you postpone treatment, the more damage the heart may sustain.

Signs of Coronary Artery Disease

A precursor to a heart attack, coronary artery disease or CAD occurs when sticky plaque builds up inside the coronary arteries. This narrows the arteries, making it more difficult for blood to flow through. Many people don't know they have CAD until a heart attack strikes. But there are warning signs, such as recurring chest pain caused by the restricted blood flow. This pain is known as angina.

Inside a Heart Attack

The plaque deposited in your arteries is hard on the outside and soft and mushy on the inside. Sometimes the hard outer shell cracks. When this happens, a blood clot forms around the plaque. If the clot completely blocks the artery, it cuts off the blood supply to a portion of the heart. Without immediate treatment, that part of the heart muscle could be damaged or destroyed.

Don't Wait to Be Sure

The best time to treat a heart attack is as soon as symptoms begin. Waiting to be sure can result in permanent heart damage or even death. If you think you may be having a heart attack, call 911. And don't try driving yourself to the hospital. When you call 911, the EMS staff can start emergency care as soon as they reach you.

Sudden Cardiac Death

Sudden cardiac death (SCD) accounts for half of all heart disease deaths in the U.S., but it's not the same as a heart attack. SCD occurs when the heart's electrical system goes haywire, causing it to beat irregularly and dangerously fast. The heart's pumping chambers may quiver instead of pumping blood out to the body. Without CPR and restoration of a regular heart rhythm, death can occur in minutes.

Arrhythmia: Erratic Heart Beat

Regular electrical impulses cause your heart to beat. But sometimes those impulses become erratic. The heart may race, slow down, or quiver. Arrhythmias are often harmless variations in rhythm that pass quickly. But some types make your heart less effective at pumping blood, and that can take a serious toll on the body. Let your doctor know if you've noticed your heart beating abnormally.

Cardiomyopathy

Cardiomyopathy is a disease involving changes in the heart muscle. These changes may interfere with the heart’s ability to pump effectively, which can lead to a chronic condition called heart failure. Cardiomyopathy is sometimes associated with other chronic conditions, such as high blood pressure or heart valve disease.

Heart Failure

Heart failure doesn't mean your heart stops working. It means the heart can't pump enough blood to meet the body's needs. Over time, the heart gets bigger to hold more blood, it pumps faster to increase the amount of blood moving out of it, and the blood vessels narrow. The heart muscle may also weaken, reducing the blood supply even more. Most cases of heart failure are the result of coronary artery disease and heart attacks.

Congenital Heart Defect

A congenital heart defect is one that's present at birth. The problem could be a leaky heart valve, malformations in the walls that separate the heart chambers, or other heart problems. Some defects are not found until a person becomes an adult. Some need no treatment. Others require medicine or surgery. People with congenital heart defects may have a higher risk of developing complications such as arrhythmias, heart failure, and heart valve infection, but there are ways to reduce this risk.

Testing: Electrocardiogram (EKG)

An EKG (also ECG) is a painless test that uses electrodes placed on the skin to record the heart's electrical activity. The test provides information about your heart rhythm and damage to the heart muscle. An EKG can help your doctor diagnose a heart attack and evaluate abnormalities such as an enlarged heart. The results can be compared to future EKGs to track changes in the condition of your heart.

Testing: Stress Test

The stress test measures how your heart responds to exertion. If you have an exercise stress test, you'll either walk on a treadmill or ride a stationary bike while the level of difficulty increases. At the same time, your EKG, heart rate, and blood pressure will be monitored as your heart works harder. Doctors use a stress test to evaluate whether there is an adequate supply of blood to the heart muscle.

Testing: Holter Monitor

A Holter monitor is a portable heart rhythm recorder. If your doctor suspects a heart rhythm problem, she may ask you to wear one for 1 or 2 days. It records the heart's continuous electrical activity day and night, compared with an EKG, which is a snapshot in time. The doctor will probably also ask you to keep a log of your activities and to note any symptoms and when they occur.

Testing: Chest X-ray

A chest X-ray is a picture of your heart, lungs, and chest bones that's made by using a very small amount radiation. Chest X-rays can be used to look for heart and lung abnormalities.

In this image, the bulge seen on the right side is an enlarged left ventricle, the heart's main pumping chamber.

Testing: Echocardiogram

An echocardiogram uses sound waves (ultrasound) to generate moving images of the heart. The test can assess the chambers and valves of your heart and how well your heart muscle and heart valves are working. It's useful in diagnosing and evaluating several types of heart disease, as well as evaluating the effectiveness of treatments.

Testing: Cardiac CT

Cardiac computerized tomography (known as cardiac CT) takes detailed images of the heart and its blood vessels. A computer stacks the images to create a 3-D picture of heart. A cardiac CT can be used to look for plaque or calcium buildup in the coronary arteries, heart valve problems, and other types of heart disease.

Testing: Cardiac Catheterization

Cardiac catheterization helps diagnose and treat some heart conditions. The doctor guides a narrow tube, called a catheter, through a blood vessel in your arm or leg until it reaches the coronary arteries. Dye is injected into each coronary artery, making them easy to see with an X-ray. This reveals the extent and severity of any blockages. Treatments such as angioplasty or stenting can be done during this procedure.

Living With Heart Disease

Most forms of heart disease are chronic. In the beginning, symptoms may be too mild to affect everyday life. And in many cases, long-term treatment can keep symptoms under control. But if the heart begins to fail, patients may develop shortness of breath, fatigue, or swelling in ankles, feet, legs, and abdomen. Heart failure can be managed with medication, lifestyle changes, surgery, and in certain cases, a heart transplant.

Treatment: Medicines

Medications play a huge role in treating heart disease. Some drugs help lower blood pressure, heart rate, and cholesterol levels. Others can keep abnormal heart rhythms under control or prevent clotting. For patients who already have some heart damage, there are medications to improve the pumping ability of an injured heart.

Treatment: Angioplasty

Angioplasty is used to open a blocked heart artery and improve blood flow to the heart. The doctor inserts a thin catheter with a balloon on the end into the artery. When the balloon reaches the blockage, it is expanded, opening up the artery and improving blood flow. The doctor may also insert a small mesh tube, called a stent, to help keep the artery open after angioplasty.

Treatment: Bypass Surgery

Bypass surgery is another way to improve the heart's blood flow. It gives blood a new pathway when the coronary arteries have become too narrow or blocked. During the surgery, a blood vessel is first moved from one area of the body -- such as the chest, legs, or arms -- and attached to the blocked artery, allowing it to bypass the blocked part.

Who's at Risk for Heart Disease?

Men have a higher risk of having a heart attack than women, and at an earlier age. But it's important to note that heart disease is the No. 1 killer of women, too. People with a family history of heart ailments also have a higher risk of heart trouble.

Risk Factors You Can Control

High cholesterol and high blood pressure are major risk factors for heart disease. Being overweight, obese, or physically inactive all increase your risk. So does diabetes, especially if your glucose levels are not well controlled. Discuss your risks with your doctor and develop a strategy for managing them. There are many steps you can take to protect your heart.

Smoking and Your Heart

If you smoke, your risk of heart disease is 2 to 4 times greater than a nonsmoker's. And if you smoke around loved ones, you're increasing their risk with secondhand smoke. Each year in the U.S., more than 135,000 people die from smoking-related heart disease. But it's never too late to quit. Within 24 hours of quitting, your heart attack risk begins to fall.

Life After a Heart Attack

It is possible to regain your health after a heart attack. By avoiding cigarettes, becoming more active, and watching what you eat, you can give your heart and overall health a big boost. One of the best ways to learn how to make these changes is to take part in a cardiac rehab program. Ask your doctor for recommendations.

Heart Disease Prevention

The key to preventing heart disease is a healthy lifestyle. This includes a nutritious diet, at least 30 minutes of exercise most days of the week, not smoking, and controlling high blood pressure, cholesterol, and diabetes. If you drink alcohol, do so in moderation – no more than one drink a day for women, two drinks a day for men. Ask your friends and family for help in making these changes. They'll benefit, too.

Diet and Your Heart

What you eat makes a difference. Be sure you get plenty of whole grains, vegetables, legumes, and fruits to help keep your heart healthy. Plant oils, walnuts, other nuts, and seeds can also help improve cholesterol levels. And don't forget to eat fish at least a couple of times each week for a good source of heart-healthy protein.