28 Maret, 2009

Penyakit jantung koroner pd wanita & pencegahannya

Dr. dr. Fadilah Supari, SpJP

Abstrak
Di negara maju Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab kematian nomor satu pada populasi pria maupun wanita. Akan tetapi dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit jantung koroner, wanita mendapatkan perlakuan yang kurang seimbang, Hal ini mungkin disebabkan selama ini penyakit jantung koroner dianggap penyakit yang penting hanya untuk kaum pria.

Dalam pengobatan Penyakit Jantung Koroner pada wanita, ataupun dalam pencegahannya, para dokter menggunakan ukuran yang digunakan pada pria, karena semua pengobatan yang dilakukan pada wanita berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pria, padahal wanita mempunyai keunikan yang sangat berbeda dengan pria dalam kaitannya dengan Penyakit Jantung Koroner.

Akhir-akhir ini telah banyak dibuktikan, bahwa serangan jantung koroner pada wanita berbeda dengan yang terjadi pada pria, demikian pula respon terhadap pengobatan. Dari segi komplikasi, wanitu akan mengalami komplikasi yang lebih serius dibandaing dengan pria. Serangan jantung. koroner pada wanita diternukan pada usia yang lebih tua daripada pria, mempunyai prognosis yang lebih serius, serta mempunyai kemungkinan mortalitas yang lebih tinggi.

Sampai saat ini belum diketahui pasti mengapa serangan jantung pada wanita mempunyai dampak yang lebih berat dibandingkan bila terjadi pada pria. Beberapa laporan dari para ahli mengatakan bahwa kemungkinan besar oleh karena faktor umur, dimana wanita mendapat serangan jantung pada usia lebih tua, ada juga yang mengatakan oleh karena tidak khasnya gejala penyakit jantung koroner yang dideritanya sehingga wanita tidak menyadari secara dini. Ahli lain juga mengemukakan bahwa kemungkinan karena lambatnya dalam mendiagnosis wanita pada saat mendapat serangan jantung, dan pendapat lain berkaitan dengan cara pengobatan maupun pencegahan tidak terlalu pas untuk wanita.

Mengingat hal tersebut di atas, sangat perlu diketahui apa dan bagaimana serangan jantung pada wanita dan bagaimana mengenalinya serta bagaimana mencegahnya, hal ini akan diuraikan lebih pada artikel ini.


Pendahuluan

Apakah yang disebut serangan Jantung?

Serangan jantung merupakan suatu keadaan dimana terdapat penyempitan pembuluh darah koroner sehingga menggangu aliran darah ke otot jantung dan otot jantung mengalami kerusakan/gangguan fungsi.

Luasnya kerusakan otot jantung akan mempengaruhi harapan hidup si penderita. Serangan jantung terjadi pada penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan didahului oleh gejala maupun tidak didahului suatu gejala.

Selama ini pembicaraan mengenai PJK selalu disarakan pada bukti-bukti yang terjadi pada pria. Hal ini telah berlangsung beberapa dekade, sebelurn akhirnya disadari bahwa ternyata PJK juga merupakan penyebab kematian pertama pada wanita. Kesadaran inipun bertambah dengan adanya data-data yang cukup mengejutkan mengenai PJK, yaitu satu diantara 8 atau 9 wanita berusia antara 45- 60 th akan menderita penyakit jantung koroner, dan satu diantara 3 wanita berusia lebih dari 60 tahun menderita penyakit jantung koroner. Satu dari dua wanita tersebut akan meninggal oleh karena penyakit jantung atau stroke. Angka kematian ini jauh melebihi angka kematian akibat kanker payudara, dimana hanya satu diantara 25 orang yang meninggal akibat penyakit tersebut.

Hal tersebut menjadikan pemicu untuk lebih mengamati perjalanan penyakit jantung koroner pada wanita, dan bagaimana pengobatan serta pencegahannya. Sampai saat ini sudah dibuktikan bahwa hormon kewanitaan yang dimiliki oleh kaum wanita memegang peranan penting dalam pencegahan PJK, sehubungan dengan hal ini maka "menopause" pada wanita merupakan kunci penting dalam terjadinya PJK. Pada pra-menopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah wanita dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dengan segala gejala penyertanya, yang kadang kadang membuat wanita menemui dokter jantungnya, atau mengakibatkan wanita dirawat oleh karena penyakit jantungnya.

Meskipun risiko seorang wanita untuk menderila PJK terjadi 10 tahun lebih lambat dibandingkan pria, tetapi akibatnya sungguh sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada pria.

Komplikasinya jauh lebih berat pada wanita. Hal ini dapat dilihat pada data yang dilaporkan oleh "Women Heart Institute" dimana: 44% wanita yang mengalami serangan jantung akan meninggal pada tahun pertama, sedangkan pada populasi pria hanya 27°/o. Pada enam tahun pertama setelah serangan jantung, 31% wanita akan mendapatkan serangan jantung yang kedua, sedang pada pria hanya 23%.

Hal hal ini sangat menarik untuk dipahami dan kemudian diusahakan agar dapat dicegah sedini mungkin, apalagi faktor risiko utama pada wanita bersifat sangat alami. Dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, sehingga memerlukan perharian, maupun pengertian yang cukup besar.

Meskipun perubahan hormon dalam tubuh merupakan faktor penting, namun pengaturan pola hidup yang baik cukup berarti dalam mengurangi serangan jantung pada wanita. Cara hidup yang baik sejak umur 35 tahun akan sangat menolong mencegah serangan jantung pada wanita.


Gejala Penyakit Jantung Koroner pada Wanita

Keluhan utama penderita PJK pria pada umumnya adalah sakit dada sebelah kiri , yang biasanya seperti ditusuk, diremas, tertindih barang berat dan sebagainya. Pada wanita keluhan utamanya biasanya berupa sesak nafas bila mengeluh sakit, karenanya lebih kearah perut atau punggung bawah atau pada rahang dan tenggorokan, kadang kadang dirasakan seperti masuk angin, mual mual, dan kecapaian. Keluhan-keluhan seperti ini sering tidak dirasakan oleh wanita karena biasanya wanita kurang aktivitas (kurang gerak). Terutama pada wanita yang mulai mengalami masa pra menopause hal ini disebabkan karena tulang-tulang sudah mulai keropos.

Pada saat terjadi serangan jantung, wanita tidak begitu yakin bahwa itu adalah tanda dari serangan jantung, dan pada saat di ruang emergency akan mendapatkan pelayanan yang lebih lambat karena wanita tidak dapat menjelaskan gejala klinisnya dengan tepat, dan dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan ulang untuk mencari tanda-tanda yang khas.

Gejala klinis PJK pada wanita:

a. Angina (Sakit dada yang tidak khas)
b. Breathlessness (Nafas terasa berat atau terasa sebagai gangguan nafas)
c. Clammy perspiration (Keringat dingin)
d. Dizziness (Sakit kepala)
e. Edema
f. Fluttering (Berdebar)
g. Gastric Upset (nausea) Mual mual
h. Heavy Fullness (Sakit dada seperti tertindih barang berat).

Gejala-gejala tersebut sangat mirip dengan gejala premenopause yaitu antara lain, meliputi gejala psychis maupun fisik seperti dibawah ini:

Beberapa gejala menopause:

Pembicaraan mengenai PJK pada wanita tidak dapat dipisahkan dengan menopause, Apakah sebenarnya yang disebut menopause? Menopause adalah proses alamiah yang terjadi pada setiap wanita dimana hormon produksi estrogen yang dimilikinya mulai berhenti. Disebut sebagai menopause alami apabila haid sudah berhenti selama 12 bulan berturut-turut, tanpa sebab-sebab yang lain kecuali oleh karena umurnya. Pada umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun, pada umur tersebut wanita akan mengalami perubahan siklus hormonalnya yang mengakibatkan berbagai keluhan yang tak menentu, dan mendorong wanita pergi ke dokter untuk merneriksakan keluhannya. Setiap wanita mengalami gejala yang bervariasi, berbeda satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang tidak mengalami gejala sama sekali, kadang-kadang gejalanya sangat berat. Pada umumnya gejalanya meliputi gejala psikologi maupun fisik. Gejala-Psikologis, antara lain: ansietas (perasaan kecemasan), depresi, pesimistis, pelupa, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, insomnia, mudah tersinggung, merasa kecapaian yang terus menerus.

Sedangkan gejala fisik, meliputi:

* Back pain (sakit tulang punggung)
* Sakit dada
* Keringat dingin pada waktu malam
* Berdebar debar
* Hot-flash (rasa panas dirnuka) dan gatal pada kulit
* Melihat gejala klinis penyakit jantung koroner pada wanita temyata sangat mirip dengan gejala pro maupun menopause. Hal inilah yang antara lain menyebabkan wanita mendapatkan pelayanan pengobatan penyakit jantung koroner yang lebih lambat bila dibandingkan pria.


Sehingga pada saat wanita mendapat gejala angina ec penyakit jantung koroner, keluarga yang terdekatpun tidak langsung berpikir ke arah penyakit jantung koroner, dan bila wanita tersebut datang ke dokter, maka dokter yang melihat gejala klinis penyakit jantung koroner pada wanita temyata sangat mirip dengan gejala pre maupun menopause. Hal inilah yang antara lain menyebabkan wanita mendapatkan pelayaran pengobatan penyakit jantung koroner yang lebih lambat bila dibandingkan pria. Sehingga pada saat wanita mendapat gejala angina (sakit dada khas), keluarga yang terdekatpun tidak langsung, berpikir kearah penyakit jantung koroner, dan bila wanita tersebut datang ke dokter, maka dokter yang menghadapinya pun tidak yakin apakah wanita tersebut menderita PJK ataukah gejala menopause.

Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis PJK pada wanita tidak dapat mudah untuk dipercaya sepenuhnya karena adanya "false positive" pada wanita cukup tinggi. Sehingga memerlukan perneriksaan yang lebih canggih.

Hal inilah yang barangkali mengakibatkan wanita yang menderita PJK menglami komplikasi yang lebih buruk dibandingkan dengan pria, karena untuk mendiagnosa PJK pada wanita mernbutuhkan waktu yang lebih panjang.

Perlu diketahui bahwa menopause pada umumnya mulai terjadi pada usia 45 tahun, dan biasanya penderita tidak menyadarinya. Sehingga tidak sedikit wanita dengan keluhan menopause datang ke dokter jantung, hal ini sebenarnya tidak salah, dan dokter seharusnya menapis apakah terdapat gejala penyakit jantung koroner. Keluhan menopause sangat kompleks, dan keluhan psikis sampai fisik sehingga bila tidak dicermati secara hati-hati akan cukup sulit untuk membedakan dengan gejala PJK.

Hal yang lebih unik lagi adalah bila wanita mengalami serangan jantung .Biasanya keluarga tidak segera berpikir ke arah gejala penyakit jantung, karena yang mereka ketahui adalah serangan jantung hanya terjadi pada laki laki, sehingga wanita yang mendapat serangan jantung tersebut tidak segera dibawa ke rumah sakit.

Setelah beberapa lama diupayakan di rumah, wanita pun dibawa ke rumah sakit. Namun sayang nya dokter yang memeriksa akan menegakkan diagnosa banding yang jumlahnya banyak, dimana kemungkinan serangan jantung ditempatkan pada urutan yang paling bawah, karena gejalanya tidak khas seperti pada laki laki.

Akibatnya Dokter akan memerlukan waktu yang lebih panjang untuk menegakkan diagnosis serangan jantung pada wanita. Perlu diketahui bahwa pada serangan jantung, pengobatan sedini mungkin merupakan faktor penting untuk menentukan kehidupan selanjutnya si penderita. Maka bila wanita kehilangan banyak waktu untuk menegakkan diagnosis serangan jantung, maka kemungkinan untuk mendapatkan komplikasi akan lebih besar.


Faklor Risiko

Telah dikenal beberapa faktor risiko antara lain, faktor risiko yang dapat diubah yaitu: tekanan darah tinggi, DM (diabetes), kegemukan, merokok, dislipidemia dan faktor risiko yang tak dapat diubah (umur, kelamin dan genetik).

Faktor risiko yang sangat dikenal sampai saat ini, sebenarnya adalah faktor risiko yang umumnya dimiliki oleh pria, dan dan beberapa penelitian dilaporkan bahwa faktor risiko pada wanita tidak seutuhnya sama dengan pria.

Faktor Risiko utama pada Wanita:

Diabetes Melitus (DM). DM merupakan faktor risiko penting bagi wanita. Penderita DM wanita mempunyai kemungkinan 3X - 7X menderita Penyakit Jantung Koroner dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita DM, dan wanita yang menderita DM mempunyai kemungkinan 2X untuk menderita Penyakit jantung Koroner dibandingkan dengan laki-laki yang menderita Diabetes Melitus, Penderita Diabetes wanita yang menderita penyakit jantung koroner mempunyai komplikasi yang lebih buruk dibanding dengan pria.

Merokok. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa pada wanita yang merokok akan mendapat serangan jantung 19 tahun lebih muda dari pada yang tidak merokok. Wanita perokok mempunyai risiko untuk menderita PJK. lebih tinggi daripada pria. Mekanisme yang mendasari hal ini sampai saat ini belum dapat diterangkan dengan jelas. Di Indonesia walaupun angka perokok wanita masih cukup rendah akan tetapi peningkatan angka perokok pasif tidak dapat dihindarkan. Pada dekade terakhir ini tampak kecenderungan perokok wanita semakin meningkat, meskipun data yang obyektif belum di publikasikan.

Kegemukan. Kegemukan, merupakan persoalan tersendiri bagi wanita, karena pada wanita yang gemuk akan lebih mudah mendapat Penyakit Jantung koroner dibandingkan dengan yang kurus (tidak gemuk). Sedangkan Hipertensi maupun kadar lipid plasma yang pada pria merupakan faktor risiko penting, pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita hal ini bukan merupakan faktor risiko utama, meskipun tidak boleh dilupakan begitu saja. Misalnya kadar HDL yang rendah pada wanita > 65 tahun merupakan faktor risiko dibandingkan dengan laki laki > 65 th. Demikian juga trigliserida dikatakan lebih merupakan faktor risiko bagi wanita tapi tidak pada laki laki.

Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang menderita Penyakit jantung Koroner, ataupun mati rnendadak merupakan faktor risiko yang sangat penting bagi wanita setelah Diabetes. Maka riwayat penyakit jantung di keluarga, merupakan data yang sangat penting untuk para wanita dalam pencegahan serangan jantung.

Hormon Estrogen. Faktor risiko yang paling unik bagi wanita adalah berhentinya produksi hormon estrogen yang selama ini menjadi pelindung yang sangat efektif dalam mencegah terjadinya penyakit jantung koroner. Sehingga menopause merupakan faktor risiko terpenting bagi wanita. Meskipun tidak memiliki faklor risiko lain wanila menopause hendaknya cukup berhati-hati untuk penyakit jantung koroner yang mungkin terjadi. Seperti diketahui Estrogen merupakan hormon yang gunanya amat banyak dan dibutuhkan pada beberapa tempat di tubuh wanita, Pengobatan dengan hormon ini di duga dapat menurunkan angka kematian wanita yang menderita PJK. Sebenarnya terdapat beberapa bentuk pengobatan dengan hormon estrogen di Amerika. Bentuk estrogen tersebut dapat berupa: tablet, injeksi, krim, patch, pellets, provagmam, masing masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.


Pencegahan PJK pada wanita :

Pada umumnya tidak jauh berbeda dengan pencegahan pada pria, yaitu memperbaiki gaya hidup dengan mengurangi rokok, meningkatkan aktivitas fisik, memperbaiki pola makan, mengendalikan berat badan, mengatasi stress psikososial yang diperberat oleh karena adanya menopause. Mengendalikan tekanan darah, kadar gula darah bila menderita DM dan sebagainya, serta konsultasikan bila mulai mendapatkan masa menopause.

Diit/makan tambahan untuk pencegahan PJK pada wanita:

Antioksidan. Makanan tambahan, vitamin yang mempunyai efek antioksidan seperti vitamin E (dosis 400iu/hr) vit C ( 500 mg/hr) sangat membantu menghambat proses penuaan, selain sudah terbukti dapat mencegah penyakit jantung koroner, pemberian vitamen E 400iu-1200iu dapat menurunkan frekwensi serangan jantung sampai 40%.

Selain pola makan seimbang dengan tambahan vitamin E ataupun C, obat-obatan antioksidan, mikronutrient terutama Zinc dan Chromium sangat di butuhkan pada masa pre, maupun post menopause.

Asupan lemak. Asupan lemak yang dianjurkan adalah kurang atau sama dengan 30% dari kalori keseluruhan dan lemak yang diperlukan adalak lemak tak jenuh yang disebut sebagai omega 3 (yang berbentuk Cis 0mega3) dan 0mega6. Asupan lemak esensial yang diajurkan ini dapat diperoleh dari makan sehat yang berupa kapsul yang beredar di masyarakat. Keseimbangan yang optimal antara asam lemak Cis 0mega3 dan 0mega6 dikatakan dapat memperbaiki simptom menopause, Sumber 0mega6 yang dibutuhkan ini yang cukup popular adalah EPO ( Evening Primerose Oil) dimana isinya adalah GLA (Gamma Linolenic Acid). Dalam pembentukan hormon tersebut keseimbangan antara Cis 0mega3 dan omega6 sangat dibutuhkan di dalam tubuh.

Fiber. Serat dalam makanan akhir-akhir ini menjadi hal yang sangat penting dalam pencegahan penyakit Jantung koroner. Hal ini dibuktikan dengan di cantumkannya peningkatan asupan serat di dalam acuan pencegahan penyakit jantung koroner di Amerika. Fiber yang dimaksud adalah serat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan langsung ditambah dengan "soluble Fiber" atau serat halus. Asupan serat kasar dan halus yang optimal akan mencegah terjadinya penyakit jantung koroner tentu saja diimbangi dengan asupan lemak yang optimal.


Kesimpulan


Serangan Jantung pada wanita menimbulkan komplikasi yang lebih berat dari pada pria.Faktor risiko yang penting adalah diabetes, merokok dan riwayat keluarga. Perlu disosialisasikan bahwa gejala PJK pada wanita tidak sama dengan yang terjadi pada pria, dan perlu diketahui gejala pramenopause menyerupai gejala penyakit jantung. Perlu disosialisasikan bahwa pramenopause merupakan masa yang penting untuk diperhatikan agar dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin terhadap konsekuensi yang mungkin terjadi. Perbaikan pola hidup termasuk pola makan, Food suplemen yang tepat, olahraga yang teratur yang dilakukan sedini mungkin sebelum umur 40 tahun sangat bermanfaat dalam mencegah serangan jantung pada wanita.(Dr. dr. Fadilah Supari, SpJP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar