30 April, 2011

Best Foods You're Not Eating


Some foods are so healthy they star on every nutrition expert’s super food list. But often missing on those lists are some nutritional gems or underrated foods that don’t get the attention they deserve.

Sorting out the best foods to eat is not always easy because the choices can be daunting. Adding to the confusion are overrated foods like salads that are perceived to be good for you but can be health horrors.

Here are six foods not typically thought of as nutritional powerhouses that can definitely upgrade your diet. Getting to know them -- and understanding more about the nutritional goodness of foods in general -- will help you to make more informed choices that can impact your health, weight, and wallet.

Criteria for the Best Foods

In order to make our best list, foods had to be whole foods that are familiar, widely available, affordable, nutrient-rich -- and most importantly, taste great. After all, what good is a super food if it isn’t a culinary delight?

Here are their top six picks:

1. Beans and Lentils

Make no beans about it, beans and lentils are among the most overlooked items in the grocery store. Beans really are nutrition superstars rich in protein, fiber, complex carbs, iron, magnesium, potassium, and zinc.

New York-based nutrition consultant and author of Read It Before You Eat It, Bonnie Taub-Dix, MA, RD says healthy foods like beans and lentils defy the recommendation to only shop the perimeter of the grocery store. “There are hundreds of essential foods like beans and lentils lining the shelves in the center aisles that should not be overlooked.”

Versatile and easy on your wallet, Taub-Dix suggests lowering the sodium in canned beans by approximately 40% by thoroughly rinsing the beans in water.

Elisa Zied, MS, RD, author of Nutrition at Your Fingertips, says we don’t come close to eating the three cups a week recommended by the U.S. government's 2005 Dietary Guidelines. “Eating a diet rich in legumes can help promote weight loss and has been shown to lower LDL [low-density "bad" cholesterol] and raise HDL [high-density "good" cholesterol],” she says.

Toss these nuggets into soups, stews, salads, grain medleys, or greens or create a veggie dip by pureeing beans and adding your favorite seasoning, like hummus made from chickpeas.

2. Watermelon

Watermelon is everyone’s favorite summertime fruit. But because it is so naturally sweet, some people avoid it because they think it is high in sugar.

Watermelon should be a staple in everyone’s diet. It is fun to eat, sweet, juicy, low in calories, and chock full of vitamins C, A, potassium, and lycopene. Because it is so high in water, it helps meet fluid needs.

A bonus is that the thick peel keeps pesticides far from the flesh, earning it a spot on the Environmental Working Groups ‘clean 15’ produce with least pesticide residue.

3. Sweet Potatoes

Sweet potatoes are often thought of as high in calories and carbs because they are so naturally sweet. But don’t let that fool you.

American Dietetic Association spokeswoman Heather Mangieri, MS, RD says “sweet potatoes are nutritional all-stars and one of the best vegetables you can eat. Not only are they a great source of beta carotene, vitamin C, fiber, and potassium, but this highly underrated vegetable is so versatile it can be enjoyed with very few extra calories or embellishment.”

She suggests topping a slow-baked sweet potato with a sprinkle of cinnamon, applesauce, and crushed pineapple -- or black beans and salsa. Other options: Mash it or slice into fries and oven bake until golden brown.

4. Red Cabbage

Sarasota, Fla., physician and registered dietitian Christine Gerbstadt MD, RD, votes for the cruciferous vegetable, red cabbage.

“A great source of fiber, vitamins A, D, and K; folate; and lots of trace minerals with only 22 calories in one cup chopped," Gerbstadt says. " Rich in antioxidants, this veggie can boost cancer-fighting enzymes. You can eat it raw, cooked, sweet, savory, stand-alone in a dish like coleslaw, or add it to almost anything from soups, salads, casseroles, sandwiches, burgers, and more.”

She suggests keeping a head of red cabbage in your crisper to inspire creative ways to add more color and nutrition to your meals.

5. Tomatoes

Fire-roasted petite diced tomatoes are a staple in the pantry of Georgia State University professor emeritus Chris Rosenbloom, PhD, RD. “Everyone thinks fresh is best but cooking tomatoes helps release some of the disease-fighting lycopene so it is better absorbed," Rosenbloom says.

A study in the 2009 Journal of Clinical Oncology shows that a diet rich in tomatoes may help prevent prostate cancer and that lycopene, a strong antioxidant, may also help prevent other types of cancer. Of course, many other lifestyle and genetic factors also affect cancer risk.

Stock your pantry with canned tomatoes for pizza, spaghetti sauce, and home-made salsa or toss a can into soups, stews, casseroles, greens, or pasta dishes. And if your power goes out, "canned foods are a lifesaver," Rosenbloom says.

If canned tomatoes are not your favorite, how about low-sodium vegetable juice? Miami registered dietitian Sheah Rarback, MS, RD, nominates the vegetable juice that has been around for a long time with only 140 mg sodium and an excellent source of vitamin C and potassium.

6. Plain, Nonfat Greek Yogurt

There are many yogurts on the market, and plain, nonfat Greek yogurt is a standout.

All yogurts are excellent sources of calcium, potassium, protein, zinc, and vitamins B6 and B12. What distinguishes Greek yogurt is its thicker, creamier texture because the liquid whey is strained out. Also, it contains probiotic cultures and is lower in lactose and has twice the protein content of regular yogurts.

“Skip the extra sugar calories found in most yogurts and pump up the protein by choosing Greek yogurt that contains twice as much protein, which is great for weight control because it keeps you feeling full longer,” says Judith Rodriguez, PhD, RD, president of the American Dietetic Association and nutrition professor at University of North Florida.

Rodriguez suggests pairing the tart yogurt with the natural sweetness of fresh fruit or your favorite whole grain cereal.


25 April, 2011

Tips Menurunkan Kolesterol


Satu lagi informasi yang mungkin dapat bermanfaat.
Kali ini mengenai makanan dan minuman penurun kolesterol. Anggapan mengenai tingginya kolesterol dalam darah hanya bisa terjadi pada manula atau mereka yang usianya sudah kepala empat, sungguh salah besar. Kolesterol tinggi bisa terjadi pada usia muda, bahkan di usia belasan.

Tips menurunkan kolesterol :

· Hindari atau kurangi mengkonsumsi makanan dan minuman berminyak, berlemak, dan mengandung kolesterol tinggi.
Contoh: jeroan, kepiting, udang, kerang, kacang-kacangan, daging, santan, minyak, margarin, cokelat, dan gula.

· Olahraga
Tubuh manusia sangat susah mengeluarkan kolesterol.
Agar kolesterol tidak menumpuk maka harus dikeluarkan secara paksa. Caranya dengan banyak beraktivitas fisik.
Lakukan olahraga rutin, misalnya berjalan kaki, minimal 30 menit setiap hari.

· Perbanyak konsumsi makanan dan minuman yang dapat menurunkan kadar kolesterol.
Semua buah dan sayuran mengandung serat. Jadi, semua buah dan sayuran juga mampu menurunkan kolesterol. Serat dapat mengikat kolesterol sehingga tak beredar dalam darah. Sedangkan vitamin C untuk homeostasis alias pengatur keseimbangan kolesterol.Yang perlu diingat, sayuran yang kaya vitamin C cukup direbus setengah matang. Kalau sampai matang, vitaminnya akan hilang.Jika sayuran atau buah-buahan dibuat menjadi jus, minumlah bersama ampasnya, karena ampas itu merupakan sumber serat yang mampu menurunkan kadar kolesterol.

Beberapa jenis makanan dan minuman yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol adalah sebagai berikut:

BAWANG PUTIH

Konsumsi bawang putih setengah sampai 1 siung sehari secara kontinyu selama satu bulan mampu menurunkan kolesterol sebanyak 9%. Harap dosisnya diperhatikan benar !

Jika terlalu banyak, tak baik bagi kesehatan. Mengkonsumsi lebih dari 3 siung setiap hari dapat menimbulkan diare, sebah, dan demam. Bahkan bisa memunculkan perdarahan lambung.Salah satu zat antikolesterol paling kuat pada bawang putih adalah ajoene. Senyawa ini juga dapat mencegah penggumpalan darah. Walau bawang putih dimasak, kandungan senyawa ini tidak rusak.

Pada 1981, peneliti dari Pusat Riset Obat-obatan di Tagore Medical College, India, melaporkan efek bawang putih mentah dan goreng yang diujicobakan pada 20 pasien dengan riwayat penyakit jantung. Menurut laporannya, terdapat pengurangan kecenderungan pembentukan bekuan darah pada pembuluh darah mereka. Ini ditunjukkan oleh aktivitas fibrinolitik yang meningkat.

Penelitian juga mengemukakan, khasiat memang sedikit berkurang bila bawang digoreng, tapi tak terlalu bermakna. Jadi pandangan umum yang menyatakan bawang putih akan kehilangan efeknya bila dimasak adalah salah. Khasiat bawang putih juga bergantung pada tempat tumbuhnya. Bawang putih yang tumbuh di tanah kaya selenium akan mengandung selenium yang tinggi pula sehingga manfaatnya sebagai obat antipenuaan akan lebih terasa.

TEMPE

Sekalipun berasal dari rumpun kacang-kacangan, tempe sangat ampuh dalammenurunkan kolesterol. Tempe memiliki kandungan niacin yang mampu menurunkan kolesterol. Tempe mengandung niacin 5 x lebih banyak daripada kedelai. Selain juga mengandung isoflavon yang sudah teruji bisa menurunkan kolesterol.



TEH

Menurut penelitian, EGCG (epigallocatechin gallate), yaitu komponen bioaktif paling dominan dalam teh, terutama teh hijau, terbukti mampu mencegah percepatan oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat). Artinya dengan mengonsumsi teh setiap hari dalam jumlah yang wajar, risiko penyumbatan pembuluh darah penyebab penyakit jantung dapat dikurangi.

ANGGUR

Selain serat, di dalam buah anggur terdapat pula zat catechin yang sangat baik dalam menurunkan kolesterol.






APEL

Buah yang satu ini sangat terkenal kaya akan serat dan zat antioksidan. Sudah tentu apel pun kaya vitamin C. Maka dari itu, apel bisa juga diandalkan sebagai penurun kolesterol. Sebaiknya apel dikonsumsi beserta kulitnya, karena di kulit inilah terdapat kandungan pektin (serat larut yang ampuh sekali dalam menurunkan kadar kolesterol) dan antioksidan paling banyak.


ALPUKAT

Selama ini alpukat dikenal kaya akan lemak. Tak heran jika buah ini selalu dijauhi manakala kolesterol sedang tinggi, padahal avokad sangat baik untuk menurunkan kolesterol. Buah ini mengandung asam lemak tak jenuh yang baik untuk menurunkan kolesterol jahat.





BLUEBERRY

Buah blueberry mungkin dapat dijadikan salah satu pengobatan alternatif dalam menurunkan kolesterol di tubuh kita. Karena penelitian yang dilakukan para ahli di Amerika dengan menggunakan binatang pengerat memberikan hasil yang memuaskan dalam menurunkan kolesterol.

Walaupun ini baru merupakan penelitian awal, tapi telah memberikan harapan baru untuk mengembangkannya sebagai salah satu pengobatan. Penelitian ini diungkapkan pada pertemuan American Chemical Society.

Komponen yang ada dalam blueberry, Pterostilbene, menunjukkan efek yang menstimulasi protein reseptor yang ada dalam sel, yang berperan penting dalam menurunkan kolesterol dan lemak tubuh lainnya.

Kerja Pterostilbene ini, mirip dengan kerja dari obat penurun kolesterol, Ciprofibrate. Ciprofibrate ini efektif dalam menurunkan kolesterol dalam darah, tapi dapat menimbulkan efek samping seperti nyeri otot dan mual pada beberapa orang. Sedang blueberry, yang bekerja pada reseptor sel hati sebagai target kerjanya, akan bekerja lebih akurat. Sehingga efek sampingnya juga lebih kecil. Dalam penelitian ini juga tidak ditemukan adanya efek samping.

Penelitian lainnya pada blueberry, menyebutkan bahwa Pterostilbene mungkin juga dapat membantu melawan kanker dan diabetes. Dan juga tidak tertutup kemungkinan dipakai untuk mencegah kegemukan dan penyakit jantung.

Penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan setelah penelitian di laboratorium ini membawa hasil yang menjanjikan. Tapi yang tetap penting harus terus dilakukan adalah tetap melakukan aktifitas fisik yang disertai dengan pola makan yang sehat, banyak konsumsi sayur dan buah dan rendah lemak jenuh. Semua itu merupakan cara terbaik dalam menurunkan kolesterol dan risiko penyakit jantung.

IKAN

Ikan sangat kaya asam lemak tak jenuh (omega3). Selain dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, asam lemak ini juga mencegah terjadinya pengumpulan keping-keping darah yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis).

Berdasarkan habitatnya terdapat dua golongan ikan; ikan air tawar dan ikan laut. Habitat ikan memengaruhi kandungan zat gizi ikan.

Ikan air tawar kaya akan karbohidrat dan protein,

sedangkan ikan laut kaya akan lemak tak jenuh, vitamin dan mineral.

Tabel kandungan Asam Lemak Omega-3 per 100 gram

Jenis ikan

Asam Lemak Omega-3 (gram)

Tuna

2,1

Sardin

1,2

Salmon

1,6

Makarel

1,9

Herring

1,2

Teri

1,4

Tongkol

1,5

Tenggiri

2,6

Tawes

1,5

Kembung

2,2



24 April, 2011

Tentang KOLESTEROL

Kolesterol adalah termasuk keluarga lemak, zat ini merupakan salah satu dari komponen lemak itu sendiri. Kehadiran lemak sendiri dalam tubuh kita sesungguhnya memiliki fungsi sebagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh disamping zat gizi lainnya seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.

Lemak adalah cadangan energi yang memberikan kontribusi kalori paling tinggi. Acapkali kolesterol menjadi momok dan kerap dibicarakan sebagai sumber masalah kesehatan degeneratif dewasa ini. Namun demikian, bukan berarti kolesterol tidak memiliki fungsi bagi tubuh manusia.

Dalam berbagai proses metabolisme tubuh, kolesterol juga mengambil peran penting diantaranya:

  • Proses pembentukan sel-sel dalam tubuh, lemak berperan sebagai pembentuk dinding- dinding sel.
  • Dibutuhkan untuk bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid.
  • Membuat asam empedu untuk proses emulsi lemak.
  • Dibutuhkan untuk membuat vitamin D dan juga berperan sebagai bahan untuk membuat hormon - hormon sex dan kortikosteroid.

Mekanisme Kolesterol
Kolesterol sendiri sebenarnya merupakan lemak yang tidak terlalu larut di dalam darah. Karena sifatnya yang tidak terlalu larut dalam darah itu, maka kolesterol butuh bantuan untuk dapat beredar dalam pembuluh darah tubuh. Kolesterol dalam darah akan terikat pada suatu ‘kendaraan’ yang disebut lipoprotein yang dapat membantu kolesterol untuk beredar di dalam pembuluh darah tubuh

Selain diproduksi sendiri dari tubuh, tubuh juga mendapatkan kolesterol dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari, terutama dari kuning telur, kerang-kerangan seperti udang, kepiting, jeroan (usus, babat, hati, limpa, otak, ginjal, dan jantung) serta makanan yang berasal dari susu (mentega, keju).

Kolesterol diproduksi di dalam hati sekitar 1gr/hari serta juga usus halus kemudian akan beredar didalam darah. Dalam kandungan darah, kolesterol terikat oleh suatu zat lipoprotein, zat tersebut terdiri dari:

  • kilomikron, kilomikron adalah suatu zat yang memiliki fungsi membawa energi dalam bentuk lemak ke otot.
  • VLDL (Very Low Density Lipoprotein), zat yang berfungsi untuk membawa kolesterol yang telah dikeluarkan oleh hati ke jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi.
  • LDL (Low Density Lipoprotein),
  • IDL (Intermediate Low Density Lipoprotein), dan
  • HDL (High Density Lipoprotein).

Namun sayangnya, dalam menjalankan fungsinya, kolesterol yang memiliki kepadatan protein lebih rendah (VLDL, ILDL, LDL) mudah sekali menempel dalam dinding pembuluh darah koroner sehingga menimbulkan plak (timbunan lemak pada dinding pembuluh darah ini akrab disebut dengan plak aterosklerosis).

Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut, maka dampak lebih jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung, dan lainnya yang mengarah fatal kepada tubuh manusia. Oleh karena itu LDL akrab dewasa ini dikenal sebagai sebutan kolesterol jahat.

Sementara HDL bersifat menangkap kolesterol yang sedang dalam keadaan bebas di pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk diproses lebih lanjut. Oleh karenanya HDL akrab dianggap sebagai kolesterol yang baik.

Sejatinya, kolesterol yang kita butuhkan tersebut dalam keadaan normal diproduksi sendiri oleh tubuh sudah dalam jumlah yang tepat. Namun, seiring dengan kesembarangan pola makan yang ada, jumlah menjadi berlebih jauh dari yang sekedar dibutuhkan oleh tubuh.

Timbulnya kolesterol dalam jumlah yang kelewat tinggi, diantaranya disebabkan oleh terlampau berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta makanan-makanan yang dewasa ini disebut sebagai makanan sampah (junkfood).

Penting adanya untuk mengenal lebih jauh karakter setiap lipoprotein yang ada guna menumbuhkan kesadaran pentingnya gaya hidup sehat agar memudahkan kita mengontrol dan mengendalikan status kesehatan tubuh kita

Low Density Lipoprotein (LDL)

Sesuai dengan istilah penamaanya, kolesterol LDL (low density liporotein) ini memiliki kadar protein lebih sedikit dan memiliki kandungan kolesterol lebih banyak. Dalam perjalanannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, kolesterol ini memiliki sifat yang mudah sekali menempel pada dinding pembuluh darah.

Sebuah ilustrasi yang memperlihatkan
kolesterol dengan densitas rendah
(kolesterol LDL)
Ketika proses penempelan pada dinding pembuluh darah ini berakumulasi, timbunan tersebut menjadi plak lemak dan volumenya bertambah hingga menyempitkan aliran dalam pembuluh darah. Ketika sebuah aliran dalam pembuluh darah tersumbat, berbagai macam ancaman yang fatal berpotensi menyerang tubuh manusia. Sebut diantaranya stroke, penyakit jantung koroner dan lainnya bahkan kematian. Akibatnya kolesterol golongan LDL dewasa ini akrab dengan sebutan ‘si kolesterol jahat’.

Kolesterol LDL-lah yang disebut-sebut sebagai biang keladi dari berbagai macam penyakit yang dapat ditimbulkan dari keburukan kolesterol. ‘Kejahatan’ yang ditimbulkannya dapat berakibat sangat fatal bagi tubuh.

Namun demikian, tidak semua kolesterol memiliki karakter yang ‘jahat’ sebagaimana kolesterol LDL, dalam peredaran darah masih terdapat kolesterol HDL (high density lipoprotein). Kolesterol yang memiliki kepadatan protein lebih tinggi ini memiliki sifat penolong dalam fungsi peredaran darah, yakni mengikat dan membawa kolesterol LDL yang menempel dalam dinding pembuluh darah hingga melanjutkan ‘perjalanan’ ke seluruh tubuh untuk menjadi cadangan energi sebagaimana semestinya.

Kolesterol LDL hadir dari hasil produksi alamiah oleh tubuh. Pun, sebenarnya tubuh memiliki kemampuan untuk meproduksi kolesterol yang telah sesuai kadar yang dibutuhkan, namun akibat dari konsumsi lemak jenuh, trans fat, dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL lebih dari normal.

Ketika LDL terlalu banyak beredar di dalam darah, LDL akan memperlambat pembentukan dinding pembuluh darah arteri bagian dalam yang memberikan asupan nutrisi dan oksigen ke jantung dan otak. Bersama dengan substansi lainnya, LDL akan membentuk plak, yaitu suatu deposit yang keras dan tebal di pembuluh darah yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan membuatnya kurang atau tidak lentur lagi. Kondisi ini dikenal dengan aterosklerosis. Apabila terdapat pembentukan clotting atau pembekuan dari sel-sel darah, maka hal ini akan menyebabkan sumbatan yang berakibat pada terjadinya serangan jantung atau stroke.

Penting untuk mengendalikan kadar kolesterol LDL tetap rendah dan menambah kadar kolesterol HDL untuk terbebas dari ancaman hiperkolesterol. Cara pengendalian yang ada adlah dengan mengendalikan pola makan dan diet makanan yang memiliki kadar lemak rendah.

High Density Lipoprotein (HDL)

Kebalikannya dengan LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipopreotein) kolesterol yang sering disebut sebagai kolesterol baik. Disebut baik, karena karakter sifatnya yang mengikat kolesterol LDL yang sangat mudah membuat timbunan plak lemak di dinding pembuluh darah hingga menyebabkan penyumbatan yang berakibat fatal.

Sifat HDL mengangkut kolesterol yang memiliki kadar protein lebih sedikit dan mampu membawa kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri untuk dibuang. Kesimpulannya HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan mencegah aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

Selain itu, fungsi HDL juga memindahkan kolesterol yang ada di dalam sel ke hati untuk kemudian dieliminasi dari tubuh. HDL tidak hanya memindahkan kolesterol dari dalam sel, namun juga menghambat terjadinya oksidasi LDL.

Semakin tinggi kadar HDL sering dihubungkan dengan semakin rendah kejadian penyakit jantung serta stroke. Beberapa faktor lain yang diketahui ikut mempengaruhi penurunan kadar HDL adalah merokok.

Merokok menekan jumlah kadar HDL di dalam darah. Bisa dibayangkan, jika populasi kolesterol jahat lebih banyak di dalam peredaran dara, maka potensi terjadinya penyumbatan di pembuluh darah semakin tinggi. Merokok berapapun kuantitasnya, sama sekali tidak memberikan keuntungan kepada tubuh.

Kolesterol HDL dapat ditingkatkan kadarnya di dalam darah dengan aktivitas olahraga secara rutin. Selain itu dengan pengendalian pola makan kita juga dapat mengatur kadar HDL demi kesehatan tubuh kita.

Perbandingan kolesterol HDL dengan LDL
Untuk membantu menurunkan kadar kolesterol, Anda sebaiknya mengurangi atau sama sekali tidak mengonsumsi lemak jenuh dan trans fat serta menggantinya dengan lemak tak jenuh (monounsaturated atau polyunsaturated fat). Anda juga sebaiknya mengurangi jumlah asupan lemak per harinya. The American Heart Association merekomendasikan asupan kolesterol perhari kurang dari 300 mg. Apabila memiliki penyakit jantung, asupan kolesterol sebaiknya kurang dari 200 mg.

Minumlah minyak ikan secara teratur. Minyak ikan banyak mengandung lemak poliunsaturated atau yang dikenal dengan omega-3 yang dapat menurunkan kadar trigliserida dan mencegah pembekuan (clotting) darah, dan membantu mengatur irama jantung.

Makanlah makanan dengan kandungan serat tinggi. Makanan yang kaya akan serat (10-25 g/hari) diantaranya adalah kacang-kacangan, kacang polong, gandum, buah, dan sayuran yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol.

Trigliserida

Dalam suatu bentuk total kolesterol, selain LDL dan HDL, terdapat kadar yang dinamakan Trigliserida. Trigliserida intinya adalah bentuk utama dari lemak. Bentuknya sendiri tersusun atas tiga molekul asam lemak yang terkombinasikan dengan gliserol.

Sebagian besar lemak tubuh kita berbentuk trigliserid. Sebagaimana fungsi lemak, trigliserida merupakan kontributor cadangan energi. Selain dihasilkan sendiri oleh tubuh, trigliserid juga berasal dari makanan yang dikonsumsi.

Sebagaimana kolesterol, pada kadar kandungan normal, trigliserida bersifat positif terhadap kesehatan dan membawa manfaat. Namun dari hasil penelitian ditemukan, jika kadar trigliserid meningkat, potensi timbulnya penyakit jantung dapat terjadi, terutama pada wanita yang kelebihan berat badan, punya tekanan darah tinggi dan menderita diabetes melitus.

Dulu tingkat trigliserid di bawah 500 mg/dl tidak dianggap berbahaya. Namun Asosiasi Jantung Amerika menetapkan agar kadar trigliserid sebaiknya di bawah 150 mg/dl dan lebih baik lagi kalau di bawah 100 mg/dl.

Tingginya trigliserid sering disertai dengan keadaan kadar HDL rendah. Sementara yang lebih mengerikannya lagi, ditemukan pula pada kadar trigliserida diatas 500 mg/dl dapat menyebabkan peradangan pada pankreas.

Keadaan kadar trigliserida juga dilatarbelakangi oleh konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, pola makan yang memiliki kadar gula atau lemak yang tinggi serta gaya hidup malas berolahraga. Mereka yang mempunyai trigliserida tinggi juga cenderung mengalami gangguan dalam tekanan darah dan risiko diabetes.

Dampak Hiperkolesterol

Kolesterol merupakan bentuk lemak yang berwarna kekuningan dan berbentuk menyerupai lilin. Kolesterol diproduksi oleh tubuh kita, terutama di dalam hati. Kolesterol memiliki fungsi bagi tubuh manusia, yakni bermanfaat dalam produksi hormon seks. Dimana hormon seks sangat penting untuk perkembangan dan fungsi organ seksual.

Selain itu kolesterol juga bermanfaat dalam pembentukan hormon korteks adrenal. Hormon ini penting terhadap porses metabolisme serta keseimbangan garam dalam tubuh. Tidak hanya itu, hormon ini juga memiliki andil dalam pengaturan kandungan vitamin D yang berfungsi menyerap kalsium dalam tubuh, serta garam empedu dalam membantu usus menyerap lemak.

Secara umum, total bentuk kolesterol terdiri dari 3 komponen lipoprotein, yakni HDL (high density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein), dan trigliserid. Dalam urusan aspek kesehatan, kadar ketiga komponen ini mengambil peran penting dalam keadaan status kesehatan seseorang.

LDL memiliki sifat yang mudah sekali melekat pada dinding pembuluh darah, sementara HDL memiliki sifat yang mengikat LDL agar dapat kembali dibawa dalam proses peredaran darah untuk dieliminasi. Oleh karena itu akrab sekali di telinga kita kolesterol LDL diistilahkan dengan kolesterol jahat dan kemudian kolseterol HDL disebutkan sebagai kolesterol yang baik.

Sayangnya, dengan meninjau pola makan dan menu keseharian manusia dewasa ini, terlalu banyak makanan yang memicu peningkatan kadar LDL. Jika kadar LDL di dalam darah terlampau tinggi, maka yang rentan terjadi adalah tingginya intensitas melekatnya kolesterol LDL di dinding pembuluh darah yang dapat mengundang peluang timbunan plak hingga terjadi penyumbatan aliran darah dalam pembuluh darah yang berakibat fatal. Sebut beberapa diantaranya, penyakit jantung, stroke bahkan kematian.
Mekanismenya, kolesterol LDL yang terlalu tinggi di dalam darah dapat mengakibatkan terbentuknya sumbatan pada pembuluh darah yang mendarahi jantung dan otak. Bersama dengan substansi lainnya, kolesterol dapat membentuk plak atau sumbatan yang dapat menyempitkan pembuluh darah arteri dan membuat arteri tidak fleksibel. Kondisi ini dikenal dengan aterosklerosis. Apabila sumbatan ini memblok arteri yang menyempit tersebut, maka serangan jantung atau stroke dapat terjadi.

- Kolesterol dan Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah mengerasnya timbunan lemak pada dinding arteri, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani ather yang berarti ‘bubur’. Pengertian ‘bubur’ disni adalah rupa timbunan lemak lembek yang menyerupai seperti seperti bubur. Serta kata Yunani lainnya yakni scleros yang bermakna ‘keras’.

Jadi secara harfiah, zat yang semula lembut nan lembek tersebut tertimbun dan terakumulasi jumlahnya dalam suatu area sehingga terjadi proses pengerasan hingga menyumbat aliran darah dalam pembuluh darah. Timbunan lemak yang terjadi tersebut disebabkan oleh kolesterol LDL yang sifatnya sangat mudah sekali melekat dalam pembuluh darah.

Pembuluh darah yang menjadi sebuah sarana koridor transportasi proses mengalirnya substansi metabolisme tubuh akan berakibat sangat fatal jika tersumbat. Dari rusaknya dinding arteri, sehingga mengganggu kelancaran aliran darah ke otot jantung dan organ tubuh yang bisa mengakibatkan serangan jantung.

Proses aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan dan perubahan gaya hidup, terutama jika gaya hidup akrab dengan seringnya mengonsumsi makanan siap saji (junk food). Bahkan, proses aterosklerosis sudah terjadi padaa saat bayi berusia tiga bulan.

Persoalan mulai mengemuka ketika proses aterosklerosis ini terakumulasi dan menahun. Dampaknya baru terlihat dikala peranjakan dari masa remaja ke masa dewasa. Umumnya pada masa ini bisa diperkirakan sebagai masa kepastian penyakit ini terjadi.

Aterosklerosis sebenarnya tidak hanya dipicu dari tingginya konsumsi makanan berlemak, namun juga merokok.

Ketika manusia merokok, zat oksidan semakin banyak terlepas akibat dari respon masuknya racun dari rokok yang terhisap. Zat oksidan inilah yang membuat dinding pembuluh darah rusak dan membuat kolesterol LDL semakin mudah ‘tersangkut’ di area kerusakan yang ditimbulkan oleh zat oksidan tersebut. Kemudiannya kolesterol yang ‘tersangkut’ tersebut kian tertimbun dan menimbulkan sumbatan sehingga pembuluh darah menjadi mengeras dan terjadilah aterosklerosis

Mencegah aterosklerosis cukup dengan merubah gaya hidup dengan banyak aktivitas olahraga dan menjaga pola makan membatasi dengan bijaksana makanan yang berlemak. Di Amerika sendiri penyumbatan pembuluh darah merupakan pembunuh populasi paling populer setelah kecelakaan lalu lintas. Jangan jadikan Indonesia ‘mengejar prestasi’ tersebut.

Rubahlah gaya hidup Anda.

23 April, 2011

Hypertension

What Is Hypertension?

Hypertension, or high blood pressure, is a common condition that will catch up with most people who live into older age. Blood pressure is the force of blood pressing against the walls of your arteries. When it's too high, it raises the heart's workload and can cause serious damage to the arteries. Over time, uncontrolled high blood pressure increases the risk of heart disease, stroke, and kidney disease.

Hypertension Symptoms

High blood pressure is sometimes called a silent killer because it may have no outward symptoms for years. In fact, one in five people with the condition don't know they have it. Internally, it can quietly damage the heart, lungs, blood vessels, brain, and kidneys if left untreated. It's a major risk factor for strokes and heart attacks in the U.S.

What Causes Hypertension?

Normal blood pressure readings will fall below 120/80, while higher results over time can indicate hypertension. In most cases, the underlying cause of hypertension is unknown. The top number (systolic) shows the pressure when your heart beats. The lower number (diastolic) measures pressure at rest between heartbeats, when the heart refills with blood. Occasionally, kidney or adrenal gland disease can lead to hypertension.

Prehypertension: A Warning Sign

Almost one-quarter of Americans have prehypertension. Their blood pressure is consistently just above the normal level -- falling anywhere between 120 and 139 for systolic pressure or 80 to 89 for the diastolic pressure. People in this range have twice the risk of developing heart disease than those with a lower reading. Your doctor may recommend lifestyle changes to help lower your blood pressure.

The Hypertension Danger Zone

You have high blood pressure if readings average140/90 or higher -- for either number -- though you may still have no symptoms. At 180/110 and higher, you may be having a hypertensive crisis. Rest for a few minutes and take your blood pressure again. A hypertensive crisis can lead to a stroke, heart attack, kidney damage, or loss of consciousness. Symptoms of a hypertensive crisis can include a severe headache, anxiety, nosebleeds, and feeling short of breath.

Who Gets High Blood Pressure?

Up to the age of 45, more men have high blood pressure than women. It becomes more common for both men and women as they age, and more women have hypertension by the time they reach 65. You have a greater risk if a close family member has high blood pressure or if you are diabetic. About 60% of people with diabetes have high blood pressure.

Hypertension and Race

African-Americans are more likely to develop hypertension -- and to develop it at a younger age. Genetic research suggests that African-Americans seem to be more sensitive to salt. In people who have a gene that makes them salt-sensitive, just a half-teaspoon of salt can raise blood pressure by 5 mm Hg. Diet and excessive weight can play a role, as well.

Hypertension and Sodium

Sodium, a major component of salt, can raise blood pressure by causing the body to retain fluid, which leads to a greater burden on the heart. The American Heart Association recommends eating less than 1,500 milligrams of sodium per day. You'll need to check food labels and menus carefully. Processed foods contribute up to 75% of our sodium intake. Canned soups and lunch meats are prime suspects.

Hypertension and Stress

Stress can make your blood pressure spike, but there's no evidence that it causes high blood pressure as an ongoing condition. However, stress may affect risk factors for heart disease, so it may have an indirect connection to hypertension. Stress may lead to other unhealthy habits, such as a poor diet, alcohol use, or smoking, which can contribute to high blood pressure and heart disease.

Hypertension and Weight

Being overweight places a strain on your heart and increases your risk of high blood pressure. That is why diets to lower blood pressure are often also designed to control calories. They typically call for cutting fatty foods and added sugars, while increasing fruits, vegetables, lean protein, and fiber. Even losing 10 pounds can make a difference.

Hypertension and Caffeine

If caffeine can make you jittery, can it also raise your blood pressure? It might have a temporary effect, but studies haven't shown any link between caffeine and the development of hypertension. You can safely drink one or two cups a day, according to the American Heart Association.


Hypertension and Pregnancy

Gestational hypertension is a kind of high blood pressure that occurs in the second half of pregnancy. Without treatment, it may lead to a serious condition called preeclampsia that endangers both the mother and baby. The condition can limit blood and oxygen flow to the baby and can affect the mother's kidneys and brain. After the baby is born, the mother’s blood pressure usually returns to its normal level.

Hypertension and Medicine

Cold and flu medicines that contain decongestants are one of several classes of medicine that can cause your blood pressure to rise. Others include NSAID pain relievers, steroids, diet pills, birth control pills, and some antidepressants. If you have high blood pressure, talk to you doctor about what medicines and supplements you are taking that may affect blood pressure.

'White Coat' Hypertension

Some people only have a high reading in the doctor's office, perhaps because they're nervous. Some will only have blood pressure readings sporadically. Those people may have a higher chance of developing high blood pressure, a recent study shows. To get a more accurate reading, take your blood pressure at home, chart your readings, and share them with your doctor. It is also a good idea to bring in your home monitor in for a check of the device and your technique.

Hypertension and Children

While hypertension is more often a problem for older people, even children can have high blood pressure. "Normal" blood pressure varies based on a child’s age, height, and sex, so your doctor will need to tell you if there is a concern. Children are at greater risk if they are overweight, have a family history of the illness and if they're African-American.


TREATMENT :

The DASH Diet

You may be able to lower your blood pressure by switching to a better diet. The DASH Diet -- Dietary Approaches to Stop Hypertension -- involves eating more fruits, vegetables, whole-grain foods, low-fat dairy, fish, poultry, and nuts. You should eat less red meat, saturated fats, and sweets. Reducing sodium in your diet can also have a significant effect.

Exercise

Regular exercise helps lower your blood pressure. Adults should get about 150 minutes of moderate-intensity exercise every week. That could include gardening, walking briskly, bicycling, or other aerobic exercise. Muscle-strengthening activities are recommended at least two days a week and should work all major muscle groups.

~ Diuretics

Diuretics are often the first choice if diet and exercise changes aren't enough. Also called "water pills," they help the body shed excess sodium and water to lower blood pressure. That means you'll urinate more often. Some diuretics may deplete your body's potassium, causing muscle weakness, leg cramps, and fatigue. Some can increase blood sugar levels in diabetics. Erectile dysfunction is a less common side effect.

~ Beta-blockers

Beta-blockers work by slowing the heart rate, which means that the heart doesn't have to work as hard. They are also used to treat other heart conditions, such as an abnormal heart rate called arrhythmia. They may be prescribed along with other medications. Side effects can include insomnia, dizziness, fatigue, cold hands and feet, and erectile dysfunction.

~ ACE Inhibitors

ACE inhibitors reduce your body's supply of angiotensin II -- a substance that makes blood vessels contract and narrow. The result is more relaxed, open (dilated) arteries, as well as lower blood pressure and less effort for your heart. Side effects can include a dry cough, skin rash, or dizziness, and high levels of potassium. Women should not become pregnant while taking an ACE inhibitor.

~ ARBs

Instead of reducing your body's supply of angiotensin II, these drugs block receptors for angiotensin -- as if placing a shield over a lock. This blockade prevents the chemical's artery-tightening effects, and lowers your blood pressure. ARBs can take several weeks to become fully effective. Possible side effects include dizziness, muscle cramps, insomnia, and high levels of potassium. Women should not become pregnant while taking this medication.

~ Calcium Channel Blockers

Calcium channel blockers slow the movement of calcium into the cells of the heart and blood vessels. Since calcium causes stronger heart contractions, these medications ease the heart's contraction and relax the blood vessels. They can cause dizziness, heart palpitations, swelling of the ankles, and constipation. Take them with food or milk and avoid grapefruit juice and alcohol because of possible interactions.

Other Medications

Other medications that relax the blood vessels include vasodilators, alpha blockers, and central agonists. Side effects can include dizziness, a fast heart beat or heart palpitations, headaches, or diarrhea. Your doctor may suggest them if other blood pressure medications are not working well enough or if you have another condition.

Complementary Therapies

Meditation can put your body into a state of deep rest, which can lower your blood pressure. Yoga, tai chi, and deep breathing also help. These relaxation techniques should be combined with other lifestyle changes, such as diet and exercise. Be aware that herbal therapies may conflict with other medications you take, and some herbs actually raise blood pressure. Tell your doctor if you take herbal or other dietary supplements.

Living With High Blood Pressure

Hypertension is often a life-long condition. It's important to take your medications and continue to monitor your blood pressure. If you keep it under control, you can reduce your risk of stroke, heart disease, and kidney failure.