Asma adalah penyakit saluran nafas kronik, yang sangat mengganggu bila terjadinya serangan terlalu sering. Kadang tiap bulan, setiap minggu, tiap hari, bahkan tiap saat, sehingga menggangu aktivitas. Aktivitas yang terganggu bisa berupa anak tidak hadir disekolah atau orang dewasa tidak bisa masuk ke tempat kerja.
Secara sederhana, asma didefinisikan sebagai terjadinya penyempitan saluran nafas akibat suatu proses peradangan (inflamasi). Pada asma, terjadi 3 (tiga) jenis proses yang bersamaan, yaitu :
- Peradangan (inflamasi) pada saluran nafas
- Penyempitan saluran nafas (bronkokonstriksi)
- Pengeluaran cairan mukus/lendir pekat secara berlebihan
Akibat dari tiga proses pada asma tersebut, maka pasien asma dapat mengalami kesukaran bernafas atau sesak yang disertai batuk dan mengi. Bentuk serangan akut asma mulai dari batuk yang terus-menerus, kesulitan menarik nafas atau mengeluarkan nafas sehingga perasaan dada seperti tertekan, serta nafas yang berbunyi. Umumnya serangan asma terjadi pada malam menjelang pagi hari. Bentuk serangan bisa terjadi secara berbeda-beda dari waktu ke waktu.
Faktor Resiko
Secara singkat, dapat digambarkan bahwa rumusan asma adalah:
Asma = faktor genetik + faktor pencetus
Fantor genetik merupakan bakat pada seseorang yang ditandai terdapatnya gen tertentu pada seseorang pengidap asma. Gen didapat karena diturunkan. Untuk menjadi “sakit” asma, faktor keturunan saja tidak cukup, harus ada faktor pencetus.
Faktor pencetus dapat digolongkan menjadi faktor pencetus dari luar tubuh dan dalam tubuh. Yang termasuk faktor pencetus dari dalam tubuh yaitu infeksi saluran nafas, kecemasan, stres psikis, aktivitas, olahraga, maupun emosi berlebihan. Faktor pencetus dari luar tubuh yaitu debu (debu rumah), serbuk bunga, bulu binatang, zat makanan, minuman, obat tertentu, zat warna, bau-bauan, bahan kimi, polusi udara, serta perubahan cuaca atau suhu.
Gejala asma biasanya muncul setelah penderitanya yang memang memiliki faktor genetik, mengalami kontak dengan faktor pencetus. Secara teoritis, melihat rumus diatas, apabila faktor pencetus dihindari, maka asma (bisa) “sembuh”.
Pemeriksaan
Sebenarnya, asma cukup mudah dikenali dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Namun untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, ataupun menilai derajat keparahan yang terjadi, dan kemungkinan alergen yang berpotensi sebagai faktor pencetus, maka diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut diantaranya adalah foto rontgen dada, uji spirometri, dan tes alergi.
Pengobatan
Obat asma terdiri dari atas obat pelega dan obat pengontrol.
Obat pelega (reliever) digunakan saat asma sedang kambuh untuk meredakan serangan asma. Obat yang termasuk di dalamnya bertujuan melebarkan jalan napas. Kerja obat pelega cepat, namun efeknya cepat menurun sehingga obat jenis ini hanya digunakan bila perlu, yaitu bila ada tanda atau gejala serangan asma.
Obat pengontrol (controller) digunakan sehari-hari untuk mengatasi peradangan (inflamasi) yang terjadi, agar menjaga paru dan saluran napas penderita asma tidak semakin rusak. Obat ini tidak diperuntukan bagi serangan asma.
Obat asma dapat diberikan dengan penyuntikan, infus maupun diminum. Selain itu, ada pula obat asma yang penggunaannya dihisap atau disemprotkan. Obat yang berupa injeksi dan infus biasanya diberikan di rumah sakit. Untuk penggunaan sehari-hari di rumah, penggunaan obat semprot dan hisap (inhaler) lebih dianjurkan karena dengan cara dihisap, obat langsung bekerja cepat dan tepat ke saluran napas. Dosis yang diberikanpun kecil, yaitu 1/20 dosis minum, sehingga efek samping minimal, sehingga aman dipakai jangka panjang.
Tujuan pengobatan asma adalah mencapai asma yang terkontrol, di mana tidak ada lagi keterbatasan aktivitas yang diakibatkan asma. Penyandang asma seharusnya dapat hidup aktif dan normal bila asma terkontrol dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar